Indonesia Cuma Bisa Cetak Surplus Dagang USD160 Juta, BPS: Terendah Sejak Mei 2020

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini. Foto: Tangkapan layar pada siaran YouTube BPS.

Indonesia Cuma Bisa Cetak Surplus Dagang USD160 Juta, BPS: Terendah Sejak Mei 2020

Insi Nantika Jelita • 2 June 2025 13:16

Jakarta: Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengungkapkan pada April 2025, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD160 juta.
 
Angka ini turun drastis dibandingkan surplus pada Maret 2025 yang mencapai USD4,33 miliar. Kendati, Indonesia mencatat surplus selama 60 bulan berturut-turut, namun angka surplus April 2025 terendah sejak Mei 2020.
 
"Neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD160 juta. Angka surplus ini terendah sejak Mei 2020," kata Pudji dalam konferensi pers Rilis BPS secara daring, Senin, 2 Juni 2025.
 
Dia menjelaskan surplus perdagangan pada April 2025 ditopang komoditas nonmigas sebesar USD1,51 miliar. Komoditas penyumbang surplus ini utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS27, kemudian lemak dan minyak hewani atau nabati atau HS15, serta besi dan baja atau HS72.
 
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,35 miliar. "Komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah," jelas Pudji.
 
Selanjutnya, dia menerangkan secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia dari Januari hingga April 2025 mencatat surplus sebesar USD11,07 miliar. Surplus ini lebih ditopang komoditas nonmigas dengan USD17,26 miliar. Sementara, komoditas migas masih mengalami defisit sebesar USD6,19 miliar.
 

Baca juga: BPS Tunda Rilis Neraca Dagang Jadi Awal Bulan, Ini Alasannya


(Ilustrasi perdagangan ekspor-impor. Foto: Medcom.id)
 

Negara penyumbang surplus dan defisit perdagangan

 
Lebih rinci, Pudji menuturkan tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan kelompok nonmigas adalah Amerika Serikat dengan USD6,42 miliar, India sebesar USD4 miliar, kemudian Filipina dengan USD2,92 miliar.
 
Sementara, tiga negara penyumbang defisit terdalam pada kelompok nonmigas adalah Tiongkok dengan minus USD6,90 miliar, Australia dengan minus USD1,57 miliar, dan Hong Kong yang minus USD0,49 miliar.
 
Selanjutnya, komoditas penyumbang defisit nonmigas terbesar pada Januari hingga April 2025 datang dari Tiongkok. Ini didorong komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS84, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS85, serta kendaraan dan bagiannya atau HS87.
 
Kemudian untuk Australia, defisit terbesar adalah pada komoditas bahan bakar mineral atau HS27, cerealia atau HS10, serta logam mulia dan perhiasan atau permata atau HS71. Dan untuk Hongkong, defisit terbesar ada pada komoditas logam mulia dan perhiasan atau permata atau HS71, kemudian kain rajutan atau HS60, dan instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis atau HS90.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)