Pemula Belajar Trading, Ini yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Pemula Belajar Trading, Ini yang Perlu Diwaspadai

Whisnu Mardiansyah • 24 November 2025 16:44

Jakarta: Fenomena konten trading yang kian marak di media sosial, terutama TikTok dan YouTube, mulai memantik perhatian banyak pihak. Sejumlah influencer trading dinilai kerap menampilkan aksi full margin di siaran langsung mereka. Pola tersebut dianggap menyesatkan karena mendorong masyarakat melakukan transaksi berisiko tinggi tanpa pemahaman yang benar.

Edukator keuangan Jummutahharah menegaskan bahwa full margin bukanlah metode trading, melainkan jalan pintas menuju margin call. “Saya belum pernah menemukan satu pun hedge fund, institusi keuangan, atau trader profesional di dunia ini yang sukses konsisten memakai full margin sebagai strategi jangka panjang,” ujarnya dalam video edukasinya, Senin, 24 November 2025.

Menurutnya, praktik promosi full margin tidak lahir dari edukasi, melainkan dari motif ekonomi influenser. Dengan mendorong pengikut masuk pasar menggunakan modal besar atau lot berlebihan, para influenser diduga mengincar komisi afiliasi dari broker. Sementara itu, seluruh risiko ditanggung oleh pengikut yang minim literasi keuangan.
Ia menjelaskan bahwa persoalan ini menjadi semakin krusial karena masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami dasar manajemen risiko.

“Masalahnya bukan cuma soal trading. Ini tentang bagaimana kebodohan publik dimanfaatkan untuk meraup keuntungan pribadi,” tegas pemilik akun Youtube Kingjum itu.
 


Dalam beberapa analisisnya, ia menyampaikan bahwa trading sehat selalu membutuhkan kontrol risiko, pengelolaan leverage yang wajar, serta rencana transaksi yang terukur. Ia menekankan bahwa tidak ada trader profesional yang menggantungkan kariernya pada strategi ekstrem seperti full margin.

“Di institusi mana pun, yang jadi fondasi itu manajemen risiko, bukan spekulasi membabi buta,” katanya.

Ia juga mengingatkan publik agar tidak mudah terpukau oleh tayangan live trading yang memperlihatkan profit besar dalam hitungan menit. Ia menilai bahwa apa yang tampil di layar tidak dapat dijadikan rujukan objektif karena tidak ada audit independen, verifikasi akun real, atau transparansi posisi sebenarnya.


Edukator keuangan Jummutahharah. Dok: Istimewa

Sebagai langkah solusi, ia mendorong masyarakat untuk fokus pada edukasi yang benar dan terstruktur. Ia menyarankan agar pemula memahami dasar-dasar pergerakan pasar, risiko leverage, cara menentukan posisi, hingga pentingnya penggunaan stop loss. Menurutnya, edukasi adalah benteng utama agar masyarakat tidak mudah terbawa narasi instan dari para influencer.

“Kalau ada yang mengaku edukator tapi mengarahkan follower untuk full margin, itu sinyal bahaya pertama. Itu bukan edukasi, tapi eksploitasi,” ujarnya.

Ia berkomitmen untuk terus menghadirkan konten edukatif yang menjelaskan risiko pasar secara objektif. Ia berharap publik semakin mampu membedakan mana edukasi dan mana manipulasi berkedok trading. Dengan meningkatnya literasi dan pengawasan publik, ia optimistis praktik-praktik menyesatkan ini dapat ditekan.

“Tujuannya sederhana, hentikan budaya menjebak pemula. Bangun budaya trading yang sehat,” tegasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)