(Ilustrasi) Cappucino yang mulai menjadi budaya baru di Italia usai Perang Dunia ke-II. Pexels/Alina Tomylko
Jakarta: Cappuccino menjadi salah satu minuman kopi paling populer di dunia. Perpaduan espresso, susu, dan busa susu (foam) membuatnya identik sebagai sajian hangat untuk bersantai.
Namun, bagi masyarakat Italia, cappuccino bukan sekadar minuman, melainkan bagian dari tradisi kuliner yang mengakar.
Sejarah cappuccino
Sebelum dikenal dengan nama sekarang, minuman ini sudah ada pada abad ke-17 di kedai
kopi Wina, Austria. Saat itu, sajian kopi diseduh dengan tambahan krim, gula, dan rempah. Minuman ini disebut Kapuziner, merujuk pada warna cokelat jubah biarawan Kapusin (
Capuchin friars).
Menurut The World Atlas of Coffee karya James Hoffmann, cappuccino mulai populer di Italia Utara pada abad ke-19. Terutama setelah Perang Dunia II. Kehadiran mesin espresso modern pada 1950-an menyempurnakan racikan cappuccino Italia seperti yang dikenal sekarang.
Etiket Italia, tak ada cappuccino di atas jam 11
Cappuccino di Italia identik sebagai minuman sarapan, biasanya ditemani cornetto (kue kering mirip croissant). Portal Food and Wine menulis, orang Italia umumnya hanya minum cappuccino sebelum pukul 11.00.
Alasannya, cappuccino dianggap terlalu berat jika diminum setelah makan siang karena kandungan susunya. Aturan tidak tertulis ini menjadi bagian dari budaya kuliner Italia yang sangat menjunjung harmoni antara waktu dan makanan.
Budaya 'serius' di Italia
Bagi orang Italia, makanan dan minuman adalah bagian serius dari identitas budaya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Romawi kuno yang gemar menyelenggarakan jamuan besar dengan anggur dan hidangan mewah.
Karena itu, aturan kuliner — termasuk soal kapan tepatnya minum cappuccino — tetap dijaga hingga kini sebagai warisan budaya yang hidup dalam keseharian masyarakat Italia.
(Shandayu Ardyan Nitona Putrahia Zebua)