Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan.

Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global

M Ilham Ramadhan Avisena • 24 April 2025 11:23

Jakarta: Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal I 2025 tetap terjaga baik. Penilaian itu berdasarkan rapat berkala yang dilakukan pada 17 April 2025 oleh anggota KSSK. 

"Situasi dari sistem keuangan, yaitu stabilitas sistem keuangan pada tiga bulan pertama 2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global," ujar Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers secara daring, Kamis, 24 April 2025. 

Ketidakpastian dunia, dinilai KSSK, utamanya dipicu oleh dinamika kebijakan tarif impor pemerintahan Amerika Serikat. Kebijakan tersebut telah memicu eskalasi perang dagang. 

Pada kuartal I-2025, kata Sri Mulyani, risiko global terpantau masih cukup tinggi dan tetap perlu diantisipasi dampaknya oleh Indonesia. Karenanya, KSSK sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi kebijakan.

"Ini dalam upaya untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global dan sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri," kata Sri Mulyani.
 

Baca juga: 

Ngutang'!">Perang Tarif Memperburuk Tingkat Utang, IMF: Negara di Dunia Bakal Gemar 'Ngutang'!



(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: Dok Kemenkeu)

Pertumbuhan ekonomi global merosot

Imbas kebijakan tarif AS, lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,8 persen pada 2025. Sementara di tahun depan, ekonomi dunia diperkirakan hanya mampu tumbuh tiga persen.

Proyeksi terbaru IMF tersebut menunjukkan penurunan dari proyeksi sebelumnya di angka 3,3 persen, alias turun 0,5 persen. Sedangkan untuk 2026, penurunan proyeksi sebesar 0,3 persen. 

"Penurunan proyeksi ini dipicu oleh dampak langsung dari eskalasi perang tarif," ujar Sri Mulyani. 

Penurunan aktivitas dagang dunia, lanjutnya, merupakan dampak langsung dari kebijakan AS. Sementara dampak tak langsung yang timbul dari kebijakan tersebut ialah disrupsi rantai pasok, ketidakpastian di dalam perdagangan dan investasi, dan memburuknya sentimen dari pelaku usaha terhadap prospek ekonomi.

Perekonomian Indonesia dikoreksi

Dalam laporan IMF pula, lanjut Sri Mulyani, proyeksi ekonomi Indonesia juga mengalami koreksi dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen, atau turun sebesar 0,4 persen. Kendati begitu, revisi proyeksi tersebut masih lebih baik dibanding negara-negara lain seperti Thailand turun sebesar 1,1 persen, Vietnam 0,9 persen, dan Filipina 0,6 persen. 

"Jadi koreksi (Indonesia) ini lebih rendah dibandingkan koreksi terhadap negara-negara lain, di mana exposure dari perdagangan internasional mereka lebih besar dan dampak atau hubungan dari perekonomian mereka terhadap AS juga lebih besar," jelas Sri Mulyani.

Dia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 diperkirakan tetap positif meskipun ketidakpastian global mengalami kenaikan. Konsumsi rumah tangga diproyeksikan tetap tumbuh baik, didukung oleh belanja pemerintah.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan tetap akan mencapai sekitar lima persen," ungkap Sri Mulyani. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)