Daya Beli Lemah, Produsen Perang Harga di Tiongkok

KFC Tiongkok. Foto: Unsplash.

Daya Beli Lemah, Produsen Perang Harga di Tiongkok

Arif Wicaksono • 9 January 2024 18:57

Beijing: Di jalan-jalan raya Tiongkok, diskon dan penawaran khusus dari berbagai merek muncul mulai dari pakaian hingga kosmetik. Paket kombo KFC senilai USD3 menyajikan sandwich ayam, kentang goreng, dan soda. Supermarket Jerman menjual bir seharga USD1,20. Jaringan toko kelontong baru menjual makanan yang akan segera kedaluwarsa dengan diskon besar.

 

baca juga:

Tiongkok Siap Kembali Gelontorkan Dana untuk Proyek Investasi Publik


Jaringan toko kelontong Alibaba, Freshippo, yang menjadi daya tarik utama bagi kelas menengah dan atas Tiongkok karena produk daging, makanan laut, dan roti kelas atas, mengumumkan memangkas harga lebih dari 5.000 item. Ini adalah perang harga merek-merek asing dan dalam negeri untuk merayu pembeli Tiongkok saat ekonomi melemah.


Toko diskon asal Jerman, Aldi, yang telah memposisikan dirinya sebagai jaringan toko kelas atas di Tiongkok selama bertahun-tahun beralih haluan dengan mendeklarasikan dirinya sebagai supermarket untuk komunitas hemat.

"Tidak ada pemain yang kebal terhadap hambatan yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan permintaan Tiongkok, yang berasal dari melemahnya perekonomian, memburuknya pengangguran dan rapuhnya kepercayaan konsumen," tulis Analis JPMorgan Chase & Co termasuk Kevin Yin, dilansir The Business Times, Selasa, 9 Januari 2024.

Diskon tersebut akan mengikis margin keuntungan hingga perang harga, yang saat ini semakin meningkat, menjadi normal. Harga konsumen Tiongkok kini mengalami penurunan paling tajam dalam tiga tahun terakhir, memicu kekhawatiran negara tersebut akan memasuki spiral deflasi. Meskipun bank sentral di banyak negara fokus pada pengendalian inflasi, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) telah berjanji untuk menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong harga lebih tinggi.

Berlomba turunkan harga

Perusahaan-perusahaan kelas atas yang belum ikut serta dalam menyediakan produk dengan harga murah bisa kehilangan pasar. Penawaran diskon menandai perubahan besar dalam strategi untuk mendorong penjualan dalam realitas ekonomi Tiongkok yang baru dan membebani prospek mereka. Perusahaan yang tidak memangkas harga, seperti Starbucks, akan kalah bersaing dengan pesaingnya yang lebih murah.

Starbucks, yang pernah menguasai lebih dari separuh pasar kopi Tiongkok, kehilangan mahkotanya sebagai jaringan kopi terbesar tahun lalu karena saingan lokalnya, Luckin, yang menjual satu cangkir hanya dengan harga 9,9 yuan.

"Strategi harga rendah banyak digunakan oleh merek konsumen tahun lalu ketika perekonomian berada di bawah tekanan dan kepercayaan konsumen lemah,” kata Direktur Pelaksana Kantar Worldpanel Greater China, sebuah perusahaan analisis yang melacak perilaku belanja 62 ribu orang, Jason Yu.

KFC Yum China menggandakan promosinya dan meluncurkan burger yang lebih murah yang dipadukan dengan kentang goreng dan minuman ringan dengan harga hanya 20,9 yuan.

Kesepakatan ini telah mendorong Yum China untuk bergabung dengan daftar pengecer – termasuk Apple, Nike, raja hotpot Haidilao International Holding dan Starbucks, yang mengalami penurunan penjualan di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi dan lemahnya sentimen konsumen.

"Hampir semua merek catering telah menambahkan promosi untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk bernilai uang. Risiko utama mencakup berapa lama perang harga berlangsung, seberapa cepat permintaan meningkat, dan apakah target 2024 direvisi," jelas Kevin.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)