Ilustrasi. Foto: Dok MI
Tri Subarkah • 11 August 2024 23:12
Jakarta: Mundurnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar diduga disebabkan oleh adanya intervensi dari pihak eksternal. Alasan yang disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus politikus Partai Golkar bahwa Airlangga ingin fokus pada pemerintahan dinilai kurang meyakinkan.
Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli berpendapat, jika memang ingin fokus di pemerintahan Presiden Joko Widodo, Airlangga mestinya sudah mengundurkan diri sebagai pucuk pimpinan Golkar sejak ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Berdasarkan keterangan yang beredar, Airlangga menyatakan sudah mundur sejak Sabtu malam, 10 Agustus 2024. Artinya, ia mengundurkan diri sebagai Ketum Golkar dua bulan sebelum masa jabatan Jokowi berakhir.
Lili mengatakan, spekulasi mengenai alasan mundurnya Airlangga sangat beragam. Salah satu yang mencuat adalah adanya desakan agar Airlangga mundur sejak lama karena gagal mengemban hasil Musyawarah Nasional untuk mengusung capres atau cawapres dari kader partai pada Pilpres 2024.
"Namun demikian, meski gagal mengemban tugas tersebut, suara Golkar pada Pemilu 2024 naik secara signifikan. Jadi mestinya Airlangga dianggap sebagai Ketum yang sukses mengantarkan Golkar sebagai kekuatan politik kedua di DPR setelah PDI-Perjuangan," jelas Lili.
Baca juga: Golkar Tak Bisa Larang Jusuf Hamka Mundur |