Ekonomi Malaysia. Foto: Unsplash.
Singapura: Asian Development Bank (ADB) menjelaskan ekonomi Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,6 persen pada 2024. Serta 4,7 persen pada 2025, naik dari 4,1 persen pada tahun lalu.
Subkawasan ini, yang mencakup 10 negara anggota Asean dan Timor-Leste, diperkirakan akan mencatat peningkatan pertumbuhan karena kuatnya permintaan domestik dan pemulihan pariwisata yang berkelanjutan.
Pertumbuhan di Asia Tenggara diperkirakan akan mengimbangi perlambatan ekonomi Tiongkok, yang disebabkan berlanjutnya pelemahan di sektor properti dan memudarnya pemulihan sektor jasa pascapandemi.
Pertumbuhan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini diperkirakan akan melambat menjadi 4,8 persen pada tahun 2024 dan 4,5 persen pada 2025, turun dari 5,2 persen pada tahun lalu.
Khususnya, di ASEAN, Filipina dan Vietnam diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tertinggi, dengan kedua negara diperkirakan akan tumbuh sebesar enam persen pada 2024 dan 6,2 persen pada 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,6 persen di Filipina dan lima persen di Vietnam.
Pertumbuhan di Filipina, yang menyandang predikat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara pada 2023, sebagian besar didorong oleh sektor jasa, terutama perdagangan ritel dan pariwisata.
Kenaikan permintaan domestik
ADB memperkirakan permintaan domestik akan meningkat dan mendorong pertumbuhan, seiring dengan peningkatan konsumsi pemerintah sementara investasi dan konsumsi rumah tangga tumbuh seiring dengan moderatnya inflasi dan pelonggaran kebijakan moneter.
Sementara itu, perekonomian Vietnam diperkirakan akan terdorong oleh pulihnya pertumbuhan sektor manufaktur, jasa, dan pertanian yang stabil yang didorong oleh ekspor.
Faktor-faktor lain termasuk positifnya arus masuk investasi asing langsung dan pengiriman uang, surplus perdagangan yang berkelanjutan, dukungan fiskal yang berkelanjutan dan program investasi publik yang besar.
Dalam waktu dekat, ADB memperkirakan inflasi di Asia Tenggara akan menurun dan moderat terhadap target bank sentral. Bank Dunia memperkirakan inflasi di sub kawasan ini akan moderat menjadi 3,2 persen pada 2024 dan selanjutnya menjadi tiga persen pada 2025. Bandingkan dengan 5,3 persen pada 2022 dan 4,1 persen pada 2023.
Moderasi inflasi di Asia Tenggara
Ia menambahkan fleksibilitas pasar tenaga kerja dan berkurangnya kendala pasokan juga berkontribusi terhadap moderasi inflasi di Asia Tenggara. Meskipun demikian, hasil pertanian yang lebih rendah, kenaikan harga pangan dan depresiasi mata uang masih dapat memberikan tekanan pada inflasi.
Tidak mengherankan jika inflasi di Laos dan Myanmar diperkirakan akan tetap berada pada angka dua digit di tengah berlanjutnya depresiasi mata uang. Sementara itu, gejolak politik di Myanmar mengakibatkan penurunan produksi dan pasokan pangan kontraksi di bidang pertanian, dan gangguan rantai pasokan.
Melihat lebih jauh dari Asia Tenggara hingga negara berkembang Asia dalam konteks yang lebih luas, inflasi diperkirakan akan turun menjadi 3,2 persen pada 2024 dan selanjutnya menjadi 3 persen pada 2025, turun dari 3,3 persen pada 2023.
Kepala Ekonom ADB Albert Park berkata inflasi regional akan semakin menurun di semua subkawasan selain Asia Timur. Dia menambahkan kebijakan moneter yang ketat masih diterapkan di sebagian besar negara dan akan membantu memerangi inflasi, didukung oleh moderasi inflasi global dan harga bahan bakar yang stabil.