Harga Minyak Tetap Kuat Meski OPEC Pangkas Perkiraan Permintaan

Ilustrasi. Foto: Unplash

Harga Minyak Tetap Kuat Meski OPEC Pangkas Perkiraan Permintaan

Annisa Ayu Artanti • 12 December 2024 11:31

Jakarta: Harga minyak naik pada Rabu, karena terdorong stimulus Tiongkok disaat OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2024 dan 2025.
 
Melansir Investing.com, Kamis, 12 Desember 2024, pada pukul 09:25 WIB (14:25 GMT), minyak berjangka Brent naik 1,1 persen menjadi USD73,00 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 1,3 persen menjadi USD69,47 per barel.

Minyak didukung oleh stimulus RRT

Harga minyak telah mengalami kenaikan minggu ini setelah Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia berjanji untuk melonggarkan kebijakan moneter dan memberlakukan langkah-langkah stimulus yang lebih tepat sasaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
 
Pengumuman ini meningkatkan harapan permintaan minyak RRT akan pulih karena pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
 
Baca juga: 
 
Data perdagangan yang menunjukkan peningkatan tajam dalam impor minyak Tiongkok hingga November juga membantu sentimen.
 
Namun, para trader masih menunggu informasi lebih lanjut mengenai rencana Beijing untuk meningkatkan stimulus.

OPEC kembali memangkas perkiraan permintaan

Sentimen positif ini tetap bertahan bahkan setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, yang dikenal sebagai OPEC, memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun ini dan tahun depan pada hari Rabu sebelumnya, revisi penurunan kelima kalinya secara berturut-turut.
 
Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan minyak global tahun 2024 akan naik 1,61 juta barel per hari (bph), turun dari 1,82 juta bph bulan lalu.
 
OPEC telah mempertahankan prospek 2024 tidak berubah hingga Agustus, sebuah pandangan yang pertama kali diambil pada Juli 2023.
 
Permintaan yang lemah, terutama di Tiongkok, dan pertumbuhan pasokan non-OPEC+ adalah dua faktor di balik langkah tersebut, kata laporan itu.
 
OPEC+, yang juga mencakup sekutu seperti Rusia, awal bulan ini menunda rencananya untuk mulai menaikkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang penurunan harga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)