Ekonomi Malaysia. Foto: Unsplash.
Kuala Lumpur: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menuturkan keputusan Pemerintah Malaysia untuk menerapkan subsidi solar yang ditargetkan diperlukan untuk menyelamatkan negara.
"Tindakan harus diambil, meskipun tindakan tersebut tidak populer," kata Anwar, dilansir Channel News Asia, Selasa, 11 Juni 2024.
Dia menuturkan Malaysia telah mulai beralih dari subsidi yang mahal dan beralih ke pendekatan yang lebih tepat sasaran dan terutama membantu masyarakat yang membutuhkan.
Malaysia mengalami kenaikan anggaran subsidi hingga mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir di tengah melonjaknya harga komoditas, sehingga membebani kas pemerintah. Tagihan subsidi solarnya sendiri telah meningkat 10 kali lipat dari 1,4 miliar ringgit Malaysia pada 2019 menjadi 14,3 miliar ringgit Malaysia pada 2023.
"Siapa yang mau subsidi tepat sasaran ini? Kita juga harus tahu, apapun yang kita lakukan, kita akan dikritik habis-habisan dengan segala macam fitnah dan kebohongan,” kata Anwar yang juga menjabat Menteri Keuangan itu.
"Faktanya, kami telah mengatakan semua perdana menteri sebelumnya telah menyetujui target subsidi, namun tidak ada kemauan politik untuk menerapkannya karena risiko yang ada. Namun, untuk menyelamatkan negara, kami tidak punya pilihan," tambah dia.
Kenaikan harga solar
Pada Minggu, Malaysia mengumumkan harga solar di Semenanjung Malaysia akan naik lebih dari 50 persen menjadi 3,35 ringgit Malaysia per liter. Ini mulai berlaku pada Senin.
"Ini adalah harga pasar yang tidak disubsidi berdasarkan rata-rata Mei 2024 menurut rumus Mekanisme Penetapan Harga Otomatis," kata menteri keuangan kedua negara, Amir Hamzah Azizan.
"Kami melakukan ini karena kebocoran (solar bersubsidi) melintasi perbatasan kami sangat besar,” tambahnya. Harga diesel akan tetap pada 2,15 ringgit Malaysia per liter di Sabah dan Sarawak.
Pemotongan subsidi solar diharapkan dapat menghemat pemerintah sekitar 4 miliar ringgit Malaysia per tahun dan langkah ini akan memperkuat posisi keuangan negara dalam jangka panjang.
Malaysia diperkirakan menghabiskan 52,8 miliar ringgit Malaysia untuk subsidi dan bantuan sosial tahun ini, turun dari sekitar 64,2 miliar ringgit Malaysia pada 2023, berdasarkan anggaran 2024.