Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan, setelah kemarin melemah cukup dalam.
Mengutip data
Bloomberg, Kamis, 11 Januari 2024, nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.549 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 21 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp15.569 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar sekarang menunggu data utama indeks harga konsumen (CPI) AS untuk periode Desember 2023, yang akan dirilis hari ini. Inflasi IHK umum diperkirakan sedikit meningkat, sementara IHK inti diperkirakan terus turun.
Inflasi diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar dua persen, dan ditambah dengan tanda-tanda ketahanan pasar tenaga kerja baru-baru ini, menjadi pertanda buruk bagi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.
"Namun para pedagang tampaknya masih mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, meskipun ada sedikit pemangkasan pada minggu lalu," ucap Ibrahim.
Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 67,1 persen di Maret 2024, naik dari 60,8 persen yang terlihat sehari lalu dan 64,7 persen yang terlihat pada minggu lalu.
Taruhan terhadap penurunan suku bunga lebih awal muncul kembali pada minggu ini setelah beberapa pejabat Fed menyatakan suku bunga tinggi berfungsi seperti yang diharapkan dalam menurunkan inflasi.
Namun mereka juga tidak memberikan petunjuk kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya. Konsensus umum menunjukkan penurunan suku bunga setidaknya 100 hingga 150 bps pada tahun ini.
"Fokus pasar saat ini tertuju pada angka perdagangan dan inflasi dari Tiongkok, yang akan dirilis pada Jumat ini, untuk mengetahui isyarat ekonomi lebih lanjut terhadap importir tembaga terbesar di dunia tersebut," terang Ibrahim.
Baca juga: Rupiah Menguat ke 0,12% ke Level Rp15.551/USD
Optimisme pertumbuhan ekonomi RI
Dikatakan Ibrahim, pemerintah tetap optimistis meski Bank Dunia (World Bank) merevisi ke bawah outlook ekonomi global 2024 dari 2,6 persen menjadi 2,4 persen. Sinyal perlambatan ekonomi 2024 pada dasarnya memang sudah muncul sejak 2023, namun angkanya terus direvisi ke bawah.
"Meski demikian, pemerintah telah mengantisipasi perlambatan global tersebut yang berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia," jelas dia.
Pasalnya hingga kini disrupsi mulai dari suplai barang, isu perubahan iklim, harga komoditas, dan pengetatan moneter memang menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global.
"Untuk itu, dalam jangka pendek, pemerintah akan terus mendorong daya beli masyakarat dengan penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa beras dan bahan pokok mengingat hingga kuartal ketiga 2023 produk domestik bruto (PDB) masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga," tutu Ibrahim.
Sedangkan bantuan, lanjut dia, akan dimulai dari kuartal pertama 2024, bukan pada akhir tahun seperti yang dilakukan pada 2023. Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap sesuai target pemerintah di angka 5,2 persen pada tahun ini.
Adapun, Bank Dunia meramalkan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 akan stabil di 4,9 persen, lebih rendah dari ramalan 2023 di angka 5,0 persen. Dengan adanya perlambatan
ekonomi global, kinerja ekspor diprediksi akan menurun.
Terlebih, Bank Dunia memprediksikan ekonomi untuk pangsa pasar ekspor utama Indonesia, yaitu Tiongkok, dalam dua tahun ini akan terus melambat. Pada 2024 menjadi 4,5 persen, turun dari estimasi 2023 sebesar 5,2 persen dan terus menurun pada 2025 menjadi 4,3 persen.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan neraca perdagangan kumulatif Indonesia sepanjang Januari hingga November 2023 turun USD16,91 miliar dari periode yang sama pada 2022.
"Neraca perdagangan barang kembali mengalami surplus selama 43 bulan berturut-turut meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu," kata Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.530 per USD hingga Rp15.600 per USD," tutup Ibrahim.