Tertekan Lagi, Harga Emas Dunia Lanjutkan Penurunan ke USD2.550

Ilustrasi. Foto: Unplash

Tertekan Lagi, Harga Emas Dunia Lanjutkan Penurunan ke USD2.550

Husen Miftahudin • 15 November 2024 11:50

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) terus bergerak dalam tren penurunan, sempat diperdagangkan di terendah tujuh minggu di sekitar USD2.600 sebelum turun lebih jauh ke kisaran USD2.540 pada Kamis (15/11).
 
"Pergerakan ini dipengaruhi oleh penguatan dolar AS (USD) yang memberikan tekanan besar pada logam mulia," kata analisis dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha dalam analisis hariannya, Jumat, 15 November 2024.
 
Menurut dia, kombinasi berbagai faktor fundamental memperkuat tekanan pada emas. Berita Partai Republik kini menguasai mayoritas di Kongres AS meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kebijakan ekonomi pro-USD dari Presiden terpilih Donald Trump.
 
Kebijakan tersebut diperkirakan akan bersifat inflasi tetapi secara keseluruhan mendukung penguatan dolar AS. Karena emas sebagian besar dihargai dalam USD, apresiasi greenback menjadi pendorong utama pelemahan harga logam mulia.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 
Selain itu, pasar saham AS yang menguat juga menjadi faktor lain yang mengalihkan perhatian investor dari emas. Harapan akan pajak perusahaan yang lebih rendah serta regulasi yang lebih longgar di bawah pemerintahan baru Trump memicu optimisme, sehingga meningkatkan laba perusahaan dan menurunkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
 
Di sisi teknikal, Nugraha melihat emas saat ini berada dalam tren bearish yang kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh kombinasi indikator Moving Average. Proyeksi menunjukkan XAU/USD berpotensi melanjutkan penurunan menuju USD2.550.
 
"Namun, jika terjadi rebound, harga dapat meningkat ke level USD2.578 sebagai target terdekat," sebut dia.
 

Baca juga: Harga Emas Dunia Masih Tertekan Efek Kemenangan Trump
 

Efek suku bunga Fed ke harga emas

 
Sementara itu, lanjut Nugraha, prospek suku bunga Federal Reserve turut memengaruhi sentimen terhadap emas. Data inflasi AS yang dirilis baru-baru ini memperkuat ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember.
 
Meskipun suku bunga yang lebih rendah biasanya positif untuk emas, jelas dia, efek ini diimbangi oleh penguatan USD yang lebih dominan dalam kondisi pasar saat ini.
 
Permintaan emas global juga menunjukkan penurunan, terutama di Tiongkok, konsumen terbesar emas di dunia. Perlambatan ekonomi Tiongkok, yang diperburuk oleh meningkatnya perang dagang dengan AS, menjadi salah satu faktor pelemahan permintaan. Selain itu, perkembangan geopolitik turut memengaruhi pergerakan harga emas.
 
Meski biasanya emas naik di tengah ketidakpastian geopolitik, beberapa tanda de-eskalasi konflik global menahan lonjakan harga. Misalnya, langkah Korea Selatan membatalkan bantuan mematikan ke Ukraina dan upaya gencatan senjata di Timur Tengah memberikan sentimen positif yang mengurangi kebutuhan investor terhadap aset safe haven seperti emas.
 
"Tekanan pada emas kemungkinan akan terus berlanjut, terutama jika penguatan dolar AS dan optimisme terhadap kebijakan Trump mendominasi sentimen pasar," tutup Nugraha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)