Anak-anak di Gaza kedinginan saat tahun baru. (Anadolu)
Marcheilla Ariesta • 1 January 2025 14:32
Gaza: Para warga Gaza kembali memulai tahun baru dengan ketakutan. Tak hanya ketakutan perang, namun juga mereka dihantui banjir dan musim dingin.
Keluarga-keluarga melihat tenda-tenda mereka terendam banjir karena 90 persen penduduk Gaza mengungsi.
“Dulunya musim dingin menjadi waktu berkumpulnya masyarakat dan pertemuan keluarga, tetapi kini telah menjadi mimpi buruk,” demikian dilaporkan Al Jazeera, Rabu, 1 Januari 2025.
Situasi ini diperburuk oleh kurangnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza, karena menurut berbagai organisasi, Israel menghalangi aksesnya.
Selimut hangat, pakaian musim dingin, dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk penghangat ruangan semuanya tidak tersedia.
Doctors Without Borders memperingatkan bahwa pembatasan Israel yang terus berlanjut terhadap masuknya air, makanan, dan perlengkapan musim dingin ke Gaza membahayakan nyawa anak-anak di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Kelompok tersebut, yang dikenal dengan akronim bahasa Prancisnya MSF, mencatat bahwa tiga bayi, semuanya berusia di bawah satu bulan, telah dibawa ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis setelah meninggal karena hipotermia pada 25 Desember.
Dikatakan bahwa departemen pediatrik di rumah sakit tersebut telah penuh sejak Juli, dengan lebih dari seperempat pasien dirawat karena sindrom gangguan pernapasan.
“Musim dingin lalu, meskipun orang-orang telah mengungsi dan kondisinya sangat buruk, masih ada beberapa bangunan untuk berlindung,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF.
“Hari ini, setelah 14 bulan perang dan hancurnya infrastruktur, sebagian besar orang di Gaza tinggal di tenda-tenda yang nyaris tidak melindungi dari angin dingin dan hujan,” lanjut Coissard.
Coissard mengatakan, bayi yang baru lahir menghadapi tantangan yang “langsung dan ekstrem” di Gaza.
“Mereka terlantar di tengah musim dingin, tanpa akses yang memadai terhadap kehangatan, tempat berlindung, atau perawatan kesehatan, karena Israel terus membom Gaza dan membatasi pasokan penting untuk memasuki Jalur Gaza,” ujar Coissard.
Lebih dari 45 ribu warga Gaza dengan mayoritas anak-anak dan perempuan tewas akibat gempuran Israel selama 15 bulan terakhir. Tidak ada tanda-tanda perdamaian akan terjadi dalam perang ini.
Baca juga: Enam Bayi Meninggal Membeku di Gaza Akibat Cuaca Dingin Ekstrem