Dolar AS Melemah

Ilustrasi, dolar AS. Foto: Unsplash.

Dolar AS Melemah

Husen Miftahudin • 15 August 2024 10:38

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB), setelah merosot semalam ke level terendah terhadap euro sejak akhir tahun lalu.

Mengutip data Yahoo Finance, Kamis, 15 Agustus 2024, indeks dolar sedikit lebih rendah pada level 102,57. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik tipis menjadi 3,84 persen, setelah turun ke level terendah 3,811 persen pada Rabu.

Para pedagang tetap yakin Fed akan menurunkan suku bunga pada 18 September untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun, tetapi berbeda pendapat mengenai apakah para pembuat kebijakan akan memilih pengurangan 50 basis poin yang sangat besar.

Sementara inflasi melambat, tanda-tanda inflasi mungkin tetap kuat mendorong penurunan taruhan pada pemotongan yang lebih besar menjadi 37,5 persen dari sekitar 50 persen sehari sebelumnya.

Ujian ekonomi makro utama akan terjadi pada Kamis dengan dirilisnya angka penjualan ritel AS.
 

Baca juga: Inflasi AS Mereda 2,9% di Juli 2024
 

Nilai tukar pound sterling tertekan


Sementara itu nilai tukar pound sterling tetap tertekan setelah angka inflasi Inggris yang lemah mengisyaratkan pemangkasan suku bunga Bank of England yang lebih cepat dan lebih dalam. Nilai tukar pound sterling tetap stabil di USD1,2824 setelah merosot 0,3 persen pada Rabu.

Dolar Australia berada pada USD0,6600, menghapus kerugian awal menjadi sedikit lebih tinggi menyusul reaksi bergejolak terhadap peningkatan lapangan kerja.

Emas naik tipis 0,1 persen menjadi USD2.449,60 per ons setelah penurunan 0,7 persen pada Rabu.

Sementara itu, harga minyak naik pada hari Kamis, memulihkan sebagian kerugian hari sebelumnya, di tengah harapan potensi pemotongan suku bunga Fed akan meningkatkan permintaan.

Harga minyak mentah Brent naik 0,2 persen menjadi USD79,93 per barel, dan minyak mentah US West Texas Intermediate naik 0,3 persen menjadi USD77,21. Kedua harga acuan turun lebih dari satu persen pada Rabu setelah kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)