Simpanan di Atas Rp5 Miliar Didominasi Korporasi, LPS: Investasi Bergerak!

Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.

Simpanan di Atas Rp5 Miliar Didominasi Korporasi, LPS: Investasi Bergerak!

Fetry Wuryasti • 9 November 2023 11:28

Jakarta: Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pada September 2023 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dengan tabungan tier di atas Rp5 miliar tumbuh sebesar 7,82 persen, naik dari 6,79 persen dari Agustus 2023.

Direktur Grup Riset LPS Herman Saheruddin mengatakan, secara tidak langsung pertumbuhan simpanan di atas Rp5 miliar ini menggambarkan bagaimana kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi bergerak. Sebab sebanyak 49,14 persen dari kepemilikan rekeningnya merupakan korporasi swasta.

Tabungan di atas Rp5 miliar juga akan menjadi pendorong pertumbuhan di tahun depan, karena merupakan investasi. Namun pengusaha harus benar-benar merasa yakin sebelum melakukan ekspansi, terutama jelang tahun politik. Namun ketika tabungan meningkat, ini menggambarkan geliat investasi yang tertahan.

"Pengusaha sekali investasi nominal uangnya besar, maka dia akan akan wait and see sampai benar-benar yakin. Berinvestasi, dengan adanya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat sudah solid, mereka berani lagi ekspansi. Tetapi apakah arahnya jelang pemilu mereka akan ekspansi atau cooling down bisa dibaca melalui data," kata Herman pada Media Workshop LPS Bersama Media Nasional, Bandung, dikutip Kamis, 9 November 2023.

Per September 2023, simpanan terbesar terdapat pada tiering simpanan di atas Rp5 miliar mencapai Rp4.331 triliun atau setara dengan 52,8 persen dari total simpanan senilai Rp8.203 triliun.

Secara tahunan, pertumbuhan simpanan dengan tiering di atas Rp5 miliar juga tumbuh paling besar, yaitu 7,8 persen (yoy), diikuti dengan tiering Rp2 miliar hingga Rp5 miliar sebesar 7,5 persen (yoy), dan Rp200 juta hingga Rp500 juta sebesar 6,1 persen (yoy).

DPK di atas Rp5 miliar berdasarkan golongan pemilik per September 2023, tercatat 49,14 persen dimiliki oleh korporasi swasta dan sebanyak 11,46 persen, pemerintah pusat dan daerah 11,78 persen, perseorangan 17,92 persen, serta lainnya 9,7 persen.

Baca juga: Butuh Investasi, Jokowi Utamakan Investor Dalam Negeri Masuk IKN
 

Investasi bergerak


Berkaca pada 2020, ketika simpanan korporasi itu dalam posisi sangat tinggi, kinerja investasi anjlok. Sehingga besaran tabungan di atas Rp5 miliar bisa menunjukkan bagaimana gerak investasi.

Sebab diasosiasikan kalau simpanan pertumbuhan di atas Rp5 miliar mulai ternormalisasi ke single digit, artinya PMTB atau investasi mulai pulih.

"Artinya korporasi menggunakan sebagian uangnya untuk investasi. Gambaran simpanan korporasi buat kami penting karena itu indikator ekonomi," kata Herman.

Dia juga mengatakan perlu kehati-hatian dalam melihat pertumbuhan simpanan di atas Rp5 miliar ini. Sebab di sisi lain, pertumbuhan tahunannya (yoy) bisa terlihat turun yoy karena tahun basis sebelumnya sudah tinggi.

Pertumbuhan di single digit 7,82 persen DPK di atas Rp5 miliar ini, dia katakan sudah masuk ke pertumbuhan yang normal, dimana geliat investasi sudah mulai pulih dibandingkan pada Januari 2022 yang DPK tersebut tumbuh 20,16 persen karena investor menahan investasi.

"Hanya saja memang kalau dibandingkan dengan sebelum covid-19, bisa jadi kita masih ada beberapa hal pada yang masih harus diperbaiki," kata Herman.

Dia menekankan turunnya simpanan di atas Rp5 miliar sebaiknya tidak dilihat dari satu titik saja. Apabila pada September 2023, simpanan di atas Rp5 miliar lebih tinggi daripada yang bulan sebelumnya, bukan berarti ada indikasi bahwa pengusaha wait and see.

Biasanya pengusaha menjelang tahun politik memang wait and see. Tetapi persentase pertumbuhan simpanan yang naik menjadi 7,8 persen dari 6,8 persen, dia menilai, fluktuasinya masih wajar. Jadi tidak signifikan berbeda secara statistik pada rata-rata empat bulan terakhir.

Fluktuasi seringkali terjadi karena beberapa hal, seperti pembayaran bunga oleh perusahaan pada Oktober, juga efek musiman.

Kinerja investasi pada kuartal II dan III 2023 memang naik masing-masing 6,3 persen (qoq) dan tujuh persen (qoq). Tetapi dia mengatakan harus dicermati apakah ada structural break, yang bila terlihat biasanya menunjukkan sesuatu mekanisme ekonomi yang sedang terjadi.

"Fluktuasi belum tentu memberikan indikasi kuat apakah investasi akan tetap kuat atau wait and see. Tetapi ini menunjukkan pertumbuhannya segitu-gitu aja. Saya menerjemahkan bahwa keinginan korporasi untuk berinvestasi saat ini mungkin belum cenderung melambat, tetapi tidak akan tumbuh lebih cepat," kata Herman.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)