Masyarakat Tiongkok Keluhkan Tingginya Ketidaksetaraan

Masyarakat Tiongkok. Foto: Unsplash.

Masyarakat Tiongkok Keluhkan Tingginya Ketidaksetaraan

Arif Wicaksono • 11 July 2024 18:52

Beijing: Masyarakat Tiongkok menyalahkan ketidaksetaraan dalam sistem ekonomi sebagai penyebab berkurangnya peluang mereka dalam mengumpulkan kekayaan, seiring dengan meningkatnya urgensi bagi Beijing untuk menghidupkan kembali kepercayaan pada pertemuan kebijakan penting.
 

baca juga:

CEO DBS Yakin Donald Trump Bakal Berunding dengan Tiongkok


Koneksi dan tumbuh dalam keluarga kaya kini dilihat sebagai prediktor utama kekayaan dalam survei terhadap ribuan warga Tiongkok yang diterbitkan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional. Hal ini merupakan perubahan dramatis dari dekade sebelum 2015 ketika kemampuan dan bakat menjadi respons yang paling populer.

Kesempatan yang tidak setara menggantikan kurangnya kemampuan dalam survei sebagai alasan utama mengapa masyarakat Tiongkok miskin. Hal ini menandai pertama kalinya mereka menduduki peringkat teratas dalam dua dekade terakhir yang dilakukan para peneliti dalam jajak pendapat nasional

"Tren ini menunjukkan berkurangnya kepercayaan terhadap meritokrasi dan perekonomian untuk memberikan keadilan bagi semua warga negara,” tulis analis CSIS Ilaria Mazzocco dan Scott Kennedy, dilansir Business Times, Kamis, 11 Juli 2024.

Riset memaparkan masyarakat yang semakin tidak yakin akan masa depan mereka, cenderung tidak melakukan konsumsi atau berinvestasi pada bisnis baru.

Mereka yang setuju dengan pernyataan "Di negara kita, upaya selalu dihargai," turun dari 62 persen pada 2004 menjadi 28 persen pada 2023, menurut temuan berdasarkan kolaborasi dengan penelitian yang dipimpin oleh Martin Whyte dari Universitas Harvard dan Scott Rozelle dari Universitas Stanford.

Presiden Xi Jinping telah berupaya mengatasi kesenjangan sejak menjadi pemimpin Partai Komunis yang berkuasa pada 2012, dengan memulai tindakan keras terhadap korupsi dan upaya kemakmuran bersama untuk menutup kesenjangan kekayaan.

Meskipun ada dorongan tersebut, kesenjangan pendapatan tidak banyak berubah dan pendapatan Tiongkok tumbuh pada laju paling lambat sejak akhir 1980-an.

Visi jangka panjang

Laporan ini muncul ketika pemimpin tertinggi tersebut akan mengadakan sidang pleno ketiga di Beijing, dan para pembuat kebijakan diharapkan mengungkap visi jangka panjang mereka tentang bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi nomor dua dunia tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut mencerminkan kesadaran para pemimpin akan meningkatnya kekhawatiran terhadap kesenjangan, menurut laporan tersebut. Ketidakstabilan politik besar-besaran masih kecil kemungkinannya mengingat perlambatan ekonomi negara ini, setidaknya sebagian, disebabkan oleh faktor-faktor siklus dan terdapat berbagai macam dampak ekonomi.

Survei tahun lalu dilakukan pada kuartal kedua, ketiga, dan keempat dengan jumlah sampel masing-masing 12,059, 13,022, dan 7,544. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan melalui aplikasi keuangan populer Alipay, yang menurut laporan tersebut memungkinkan para akademisi menjangkau audiens yang sangat luas dan beragam.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)