Kerusakan akibat perang berkepanjangan di Yaman. (Anadolu Agency)
Konflik Yaman Memanas, Arab Saudi Dituding Serang Posisi Separatis
Willy Haryono • 28 December 2025 09:04
Sanaa: Kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab menuduh Arab Saudi, pendukung utama pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional, melancarkan serangan udara ke posisi mereka di Hadhramaut, Yaman, pada Jumat lalu. Tuduhan itu muncul sehari setelah Riyadh mendesak mereka menarik diri dari wilayah yang baru direbut.
Mengutip dari The New Arab, Sabtu, 27 Desember 2025, tidak ada laporan langsung mengenai korban jiwa dalam serangan udara tersebut. Namun, insiden ini memicu kekhawatiran eskalasi setelah bertahun-tahun relatif tenang dalam konflik Yaman yang telah berlangsung lebih dari satu dekade dan melibatkan kekuatan regional, termasuk Iran dan Arab Saudi.
Kemajuan separatis menambah tekanan terhadap Arab Saudi dan UEA yang mendukung faksi-faksi berbeda di dalam pemerintahan Yaman. Pemerintahan tersebut merupakan gabungan berbagai kelompok, termasuk separatis, yang disatukan oleh penentangan bersama terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran.
“Angkatan Udara Saudi membombardir posisi Pasukan Elite Hadhrami di Wadi Nahb, Hadhramaut,” tulis Aden Independent Channel yang berafiliasi dengan separatis dalam unggahan media sosialnya, merujuk pada salah satu kelompok di dalam faksi separatis.
Southern Transitional Council (STC) yang didukung UEA mengatakan kepada AFP bahwa Arab Saudi melakukan dua serangan di wilayah tersebut. Koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi AFP.
Serangan udara itu terjadi setelah bentrokan pada Kamis antara separatis dan seorang pemimpin suku yang dekat dengan Arab Saudi. Seorang pejabat militer di Hadhramaut mengatakan kepada AFP bahwa pemimpin suku tersebut telah meninggalkan wilayah itu setelah pertempuran.
Serangan Saudi menyusul seruan Riyadh sehari sebelumnya agar separatis menarik diri dari provinsi Hadhramaut dan Mahra, yang direbut awal bulan ini. Pada Jumat, UEA menyambut upaya Arab Saudi untuk mendukung keamanan di Yaman, ketika dua sekutu Teluk itu berupaya menampilkan sikap bersatu meski mendukung pihak berbeda dalam bentrokan terbaru.
Delegasi militer Saudi–Emirat dilaporkan mengunjungi Aden awal bulan ini untuk meminta STC mengembalikan dua provinsi yang direbut. Namun, sumber yang dekat dengan STC mengatakan kepada AFP bahwa kelompok tersebut menolak menarik pasukan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pekan lalu memperingatkan bahwa kemajuan STC meningkatkan risiko “eskalasi yang lebih luas dan fragmentasi lebih lanjut.” Ia menegaskan bahwa “kembalinya permusuhan secara penuh dapat berdampak serius terhadap perdamaian dan keamanan kawasan,” serta mendesak semua pihak menurunkan ketegangan.
Pada Desember, STC yang didukung UEA mengusir pasukan pemerintah dan sekutunya dari wilayah luas, memicu kekhawatiran instabilitas lanjutan.
Yaman telah terbelah lebih dari satu dekade sejak kelompok Houthi mengusir pemerintah dari ibu kota Sanaa pada 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara yang mencakup pusat-pusat populasi utama.
Perang antara Houthi dan pemerintah yang didukung koalisi pimpinan Saudi sejak 2015 telah menewaskan ratusan ribu warga Yaman dan memicu krisis kemanusiaan besar, meski intensitas pertempuran menurun signifikan sejak gencatan senjata yang dimediasi PBB pada 2022.
Baca juga: Lebih dari 30 Tentara Yaman Tewas dalam Serangan Separatis di Hadhramaut