Eks Wasekjen ASEAN Serukan Penguatan Soliditas Hadapi Erosi Tatanan Global

Eks Wasekjen ASEAN Michael Tene hadir dalam CIFP 2025 di Jakarta, Sabtu, 29 November 2025. (Metrotvnews.com)

Eks Wasekjen ASEAN Serukan Penguatan Soliditas Hadapi Erosi Tatanan Global

Willy Haryono • 29 November 2025 15:57

Jakarta: Eks Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN, Michael Tene, menilai bahwa isu paling mengkhawatirkan yang dihadapi ASEAN saat ini bukanlah persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, melainkan terkikisnya tatanan dunia berbasis aturan yang semakin digantikan oleh supremasi kekuasaan. Kondisi tersebut dinilainya memicu turbulensi besar, baik di tingkat kawasan maupun global.

Hal itu disampaikan Tene dalam ajang Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2025 di Jakarta, Sabtu, 29 November 2025. Menurutnya, erosi tatanan hukum internasional tampak jelas melalui praktik pilih-pilih hukum yang dilakukan negara-negara besar.

Ia mencontohkan Tiongkok yang mengabaikan putusan pengadilan berdasarkan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) terkait Laut Tiongkok Selatan, meskipun di forum lain tampil sebagai pendukung supremasi hukum.

Sikap serupa, kata dia, juga ditunjukkan Amerika Serikat ketika mengabaikan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait isu Palestina.

Untuk menghadapi situasi ketika kekuasaan lebih dominan dibandingkan aturan, Tene mendesak ASEAN melakukan respons strategis yang lebih mendalam dengan memperkuat kapasitas, baik secara individual di masing-masing negara anggota maupun secara kolektif sebagai sebuah kawasan.

Menurutnya, penguatan kolektif menjadi krusial karena ASEAN pada dasarnya merupakan kekuatan menengah-kecil yang memiliki keterbatasan jika bertindak sendiri-sendiri. Karena itu, ASEAN harus bersatu untuk memaksimalkan daya ungkit kekuatan kolektifnya.

Di sektor politik dan keamanan, kesatuan tersebut hanya dapat tercapai jika negara-negara anggota mampu menyelaraskan kepentingan serta persepsi keamanan yang selama ini masih beragam.

Di bidang ekonomi, Tene menilai ASEAN memiliki fondasi yang relatif lebih kuat karena dibangun di atas prinsip liberalisasi dan mekanisme pasar. Namun, tantangan utama adalah mengoptimalkan manfaat dari berbagai kerangka kerja yang telah ada. Ia menyoroti pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas yang masih sangat bervariasi antarnegara anggota.

Tene menegaskan bahwa untuk memperkuat ketahanan kawasan, ASEAN harus terus mempertahankan dan memperdalam kerangka kerja multilateral yang inklusif. Hanya melalui pengaturan multilateral semacam itu, ASEAN dinilai mampu berhadapan dan berinteraksi secara efektif dengan kekuatan-kekuatan global.

Untuk mempertahankan peran sebagai kekuatan penstabil, ASEAN, menurut Tene, harus memprioritaskan soliditas internal. “Dengan konsistensi terhadap agenda dan kesepakatan internal, ASEAN dapat mencapai sentralitas yang dihormati. ASEAN harus membenahi diri terlebih dahulu sebelum dapat memproyeksikan kepemimpinan di panggung global,” ujarnya. (Kelvin Yurcel)

Baca juga:  Indonesia Didorong Berperan Besar Jadi Arsitektur Tatanan Global Baru

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)