Putri Purnama Sari • 10 November 2025 15:49
Jakarta: Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Hajjah Rahmah El Yunusiyah, sosok perempuan luar biasa yang dikenal sebagai pelopor Pendidikan bagi perempuan dan pendiri Perguruan Diniyah Puteri di Padang Panjang, Sumatera Barat.
Keputusan ini menjadi bentuk penghargaan atas jasa dan perjuangannya dalam bidang pendidikan, sosial, dan perjuangan kemerdekaan bangsa.
Profil Rahmah El Yunusiyah
Rahmah El Yunusiyah lahir pada 29 Desember 1900 di Bukittinggi. Ayahnya, Syekh Muhammad Yunus, merupakan seorang qadi (hakim agama) dan ulama falak yang disegani. Sejak kecil, Rahmah tumbuh dalam lingkungan religius yang menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Namun, pada masa itu kesempatan perempuan untuk belajar masih terbatas. Melihat kenyataan tersebut, Rahmah memiliki tekad kuat untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi kaumnya. Ia percaya bahwa perempuan berhak mendapatkan ilmu setara dengan laki-laki demi membangun bangsa.
Mendirikan Diniyah Putri, Sekolah Perempuan Pertama di Indonesia
Lukisan Hajjah Rahmah El Yunusiyah, dok: masjidraya.sumbarprov.go.id
Pada tahun 1923, Rahmah El Yunusiyah mendirikan Diniyah Putri Padang Panjang, sekolah Islam khusus perempuan pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Langkah ini merupakan terobosan besar di masa ketika pendidikan perempuan masih dianggap tabu.
Melalui Diniyah Putri, Rahmah menggabungkan pendidikan agama dan pengetahuan umum, dan keterampilan hidup, hingga konsep pendidikan modern yang sejalan dengan prinsip Islam.
Para siswi diajarkan untuk menjadi perempuan berilmu, mandiri, dan berakhlak, bukan hanya untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga, tetapi juga agen perubahan sosial di tengah masyarakat.
Sekolah Diniyah Putri pun berkembang pesat dan menjadi inspirasi lahirnya berbagai lembaga pendidikan perempuan di Indonesia. Bahkan, model pendidikannya disebut menjadi rujukan bagi Universitas Al-Azhar Kairo ketika membuka pendidikan bagi perempuan di Mesir.
Melalui tangan Rahma, Diniyah Puteri tumbuh menjadi pusat pembinaan perempuan modern. Banyak lulusan lembaga ini yang kemudian tampil sebagai guru, mubaligah, aktivis perempuan, hingga tokoh masyarakat di berbagai daerah.
Selain mendirikan lembaga pendidikan, Rahma aktif dalam kegiatan sosial dan gerakan pemberdayaan perempuan di Minangkabau. Ia kerap mendorong perempuan untuk tampil di ruang publik, berorganisasi, dan berperan dalam komunitas Islam pada masa pergerakan nasional.
Pesan yang selalu ia suarakan adalah bahwa perempuan harus memiliki ilmu, akhlak, dan kemampuan memimpin. Pengakuan atas dedikasinya datang dari berbagai kalangan, termasuk dari tokoh-tokoh pembaruan Islam di dunia Melayu.
Wafat dan Warisan Perjuangan
Rahmah El Yunusiyah wafat pada 26 Februari 1969 di Padang Panjang. Meski telah tiada, warisannya tetap hidup melalui ribuan alumni Diniyah Putri yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri. Sekolah yang ia dirikan kini menjadi ikon pendidikan Islam perempuan dan simbol pemberdayaan wanita Indonesia.