Warga Palestina yang kembali ke Gaza. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 28 January 2025 16:05
Gaza: Setidaknya 300 ribu warga Palestina kembali dari Gaza dari pengungsiannya akibat perang. Kembalinya warga Palestina ini seperti kebalikan peristiwa ‘Nakba’ ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari wilayahnya oleh Israel.
Keturunan warga Palestina yang diusir selama Nakba bereaksi terhadap 'kepulangan pertama' dalam sejarah Palestina. Ketika ribuan warga Palestina kembali ke rumah mereka banyak warga Palestina di pengungsian menggunakan media sosial minggu ini dengan reaksi mereka terhadap gambar-gambar kepulangan massal pertama warga Palestina sejak Nakba pada tahun 1948.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 650.000 orang terlantar di Jalur Gaza tengah dan selatan akan kembali ke rumah mereka di utara setelah 15 bulan perang Israel di daerah kantung itu.
Lebih dari 47.000 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza sejak Oktober 2023, dengan mayoritas adalah wanita dan anak-anak. Ribuan lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dihancurkan oleh Israel.
Video warga Palestina yang membanjiri Jalan al-Rashid -,yang melintasi koridor Netzarim ke arah utara daerah kantung,- telah beredar di semua platform media sosial, dengan banyak orang mengomentari makna historis dari momen tersebut: "kepulangan pertama dalam sejarah Palestina ke tanah air," tulis seseorang di X.
Banyak unggahan yang menggemakan sentimen bahwa kembalinya warga Palestina di Gaza adalah awal dari "pembalikan" Nakba (malapetaka), yang merujuk pada pembentukan Israel pada tahun 1948 dan pemindahan ratusan ribu warga Palestina oleh milisi Zionis.
Ratusan desa hancur, ribuan orang terbunuh, dan 80 persen penduduk Palestina diusir secara paksa dari Palestina yang bersejarah.
"Hari ini adalah langkah pertama dalam membalikkan pembersihan etnis Zionis yang dimulai pada tahun 1948 ketika Nakba dimulai. Warga Palestina MASIH memiliki Hak untuk Kembali. Hari ini kami menunjukkan kepada dunia bagaimana kami akan melakukannya," tulis dokter Palestina Ghassan Abu Sitta di X, seperti dikutip dari Middle East Eye, Selasa 28 Januari 2025.
Satu unggahan di X menunjukkan video sebuah keluarga yang memulai perjalanan pulang dengan perahu alih-alih berjalan kaki, yang oleh pengguna media sosial dibandingkan dengan gambar orang-orang yang melarikan diri dari rumah mereka di Palestina dengan perahu pada tahun 1948.
"1948: Kakek-nenek menaiki perahu menuju tempat yang tidak diketahui. 2025: Cucu-cucu menaiki perahu menuju pelabuhan Gaza,” tulis postingan itu.
Jurnalis Palestina Samaa Khullar mengunggah bahwa ia sedang memikirkan neneknya, yang sangat ingin kembali ke rumahnya di desa Tulkarm, karena ia menderita Alzheimer.
“Hari ini ada seorang teman yang mengatakan kepada saya bahwa mereka berharap kakek-nenek mereka masih hidup untuk melihat orang-orang Gaza kembali ke rumah,” tutur Khullar.
“Saya terus memikirkan para tetua kita yang mengungsi: apakah lebih baik mereka tidak pernah melihat (atau memahami) genosida ini? Atau apakah momen ini akan lebih berarti jika mereka ada di sekitar? Saya tidak tahu jawabannya. Saya yakin bahwa pembebasan akan terjadi dalam hidup saya, saya hanya berharap kepada Tuhan agar pembebasan itu juga terjadi pada orang tua saya,” jelas Khullar.
Jurnalis Palestina Lama al-Arian juga mengenang neneknya, yang mengungsi dari Jaffa pada tahun 1948: “Pemandangan kepulangan di Gaza Utara hari ini membuat saya menangis.”
Selain memikirkan mereka yang tidak pernah pulang kampung ke Palestina, banyak yang mengatakan bahwa momen ini telah menyalakan harapan bagi masa depan perjuangan Palestina.
"Video-video ini bukan hanya antitesis dari pengusiran seperti Nakba yang telah kita saksikan selama 15 bulan terakhir, tetapi seperti cuplikan masa depan," tulis penyelenggara dan penulis Kota New York Jaylen Strong di X.
"Saya tidak sabar menunggu gambar-gambar yang akan muncul dari Palestina yang bebas dan merdeka. Ini akan menjadi salah satu hari paling gemilang dalam sejarah,” pungkas Strong.