Penemuan Rafflesia Hasseltii Perkuat Bukti Kekayaan Genetik Rafflesia di Indonesia

Rafflesia Hasseltii. Foto: Tangkapan layar Metro TV.

Penemuan Rafflesia Hasseltii Perkuat Bukti Kekayaan Genetik Rafflesia di Indonesia

Atalya Puspa • 24 November 2025 10:32

Jakarta: Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Joko Ridho Witono, mengungkap temuan lapangan terbaru mengenai keberadaan Rafflesia Hasseltii. Rafflesia Hasseltii salah satu bunga langka yang menjadi kekayaan hayati Indonesia. 

Temuan tersebut merupakan bagian dari proyek riset internasional bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, kolaborasi BRIN bersama Universitas Bengkulu dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. Proyek ini mendapat dukungan pendanaan dari the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN.
 


Joko menyebut riset ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, sejajar dengan Filipina. Di Indonesia, tercatat ada 16 jenis Rafflesia, dan tim BRIN telah mengumpulkan 13 sampel untuk analisis DNA. 

“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami memahami hubungan kekerabatan genetik antarjenis Rafflesia dan memastikan konservasinya di habitat asli,” ujar Joko dikutip Media Indonesia dari laman BRIN, Senin, 24 November 2025. 

Penelitian yang dimulai awal 2025 ini melibatkan kolaborasi lintas negara. Tim BRIN memegang peran utama dalam pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara Malaysia dan Filipina melakukan riset serupa di wilayah masing-masing. 

“Kami pastikan tidak ada material genetik yang keluar dari Indonesia. Semua proses riset dilakukan secara legal dan berizin,” tegas Joko.

Salah satu momen penting terjadi ketika tim BRIN dan mitra internasional melakukan survei di Bengkulu dan Sumatra Barat. Di Sijunjung, Sumatera Barat, tim berhasil mendokumentasikan Rafflesia Hasseltii yang sedang mekar di kawasan hutan yang dikelola masyarakat melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari. 

“Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari (desa). Ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan,” jelas Joko.

Joko menyampaikan bahwa banyak populasi Rafflesia tumbuh di luar kawasan konservasi, termasuk di kebun kopi dan sawit milik masyarakat. “Ini menunjukkan pentingnya pendekatan konservasi berbasis masyarakat. Jika tidak disertai edukasi yang baik, keberadaan Rafflesia bisa terancam hilang akibat aktivitas manusia,” kata Joko.

Proses dokumentasi lapangan turut mencuri perhatian publik. Salah satu anggota komunitas lokal, Septian Riki dari Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, terekam dalam video yang memperlihatkan ekspresi harunya saat pertama kali melihat Rafflesia Hasseltii mekar di habitat asli. Rekaman itu kemudian viral dan meningkatkan perhatian terhadap pentingnya pelestarian flora langka.

Dalam aspek ilmiah, Joko menyebut penelitian ini menggunakan pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan keseluruhan gen Rafflesia. “Selama ini penelitian DNA Rafflesia hanya meneliti potongan gen kecil sepanjang 500–1500 base pair. Dalam penelitian ini, kami memetakan jutaan pasangan basa untuk mendapatkan gambaran utuh genom Rafflesia,” kata Joko.

Pendekatan WGS diharapkan mampu mengidentifikasi potensi spesies baru di Nusantara. “Adanya perbedaan signifikan pada data WGS spesies Rafflesia tertentu di Indonesia dapat menjadi indikasi spesies baru, dan ini akan menjadi fokus penelitian kami berikutnya,” kata Joko.


Rafflesia Hasseltii. Foto: Tangkapan layar Metro TV.

Penuh tantangan

Meski demikian, penelitian terhadap Rafflesia menghadapi tantangan tersendiri. Rafflesia merupakan tumbuhan holoparasit, bunganya hanya mekar beberapa hari, dan banyak jenis berada di kawasan terpencil yang sulit dijangkau. 

“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukan hal mudah. Dibutuhkan informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian tidak sia-sia,” ujar Joko.

Ia juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga habitat Rafflesia. Pada akhir penelitian, tim yang dikoordinasi BRIN akan menyusun policy paper berisi rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional. 

“Sebagai scientific authority, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia,” tutur Joko.

Selain temuan Rafflesia Hasseltii, riset ini membuka peluang ditemukannya jenis-jenis Rafflesia baru yang belum terdokumentasi secara ilmiah. 

“Kami berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia. Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat, kita bisa memastikan bunga langka ini tetap lestari,” pungkas Joko.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fachri Audhia Hafiez)