Sejumlah Siswa SD menyantap makanan bergizi gratis dengan menu tempe. Foto: dok BGN.
Ade Hapsari Lestarini • 21 May 2025 08:10
Jakarta: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah bertujuan memastikan akses masyarakat terhadap pangan bergizi seimbang, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah, ibu hamil, dan lansia.
Dalam implementasinya di sekolah, tempe sering ada dalam salah satu komponen menu MBG guna memenuhi kebutuhan protein harian anak-anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
Tempe makanan fermentasi kedelai yang menjadi identitas kuliner Indonesia ini telah lama dikenal sebagai sumber protein nabati berkualitas tinggi. Ini sebabnya tempe menjadi pilihan ideal untuk diintegrasikan dalam program yang kini dijalankan di berbagai daerah di Indonesia.
Forum Tempe Indonesia (FTI) menganggap sangat wajar jika masyarakat Indonesia melihat sebelah mata terhadap tempe dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Hampir di seluruh pasar di Indonesia pasti ada penjual tempe, tercatat hampir 170 ribu pengrajin tempe di Indonesia. Disebabkan harga yang terjangkau dan mudah didapat, masyarakat kita seringkali tidak melihat nilai gizi dan manfaat tempenya, mereka mengkonsumsi tempe hanya karena faktor kebiasaan saja," ungkap Sekjen FTI M.Ridha, dalam keterangan resmi, Rabu, 21 Mei 2025.
Sebagai produk fermentasi kedelai, tempe mengandung berbagai nutrisi esensial yang menjadi target Program Makan Bergizi Gratis. Dalam 100 gram tempe, terkandung sekitar 20 gram protein berkualitas tinggi yang mengandung asam amino esensial. Selain itu, tempe juga kaya akan serat, vitamin B kompleks, dan mineral penting seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan zinc.
Para ahli gizi yang direkrut pada setiap Dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memang ditugaskan untuk meramu menu makanan sesuai dengan preferensi masyarakat diwilayah masing-masing.
Badan Gizi Nasional (BGN) selaku pelaksana program pemenuhan Gizi Nasional hanya menentukan standar gizi yang harus disajikan dalam setiap porsi makan. Dalam hal pemenuhan protein sebesar 30 persen tentunya selain protein hewani seperti ayam atau daging, tempe juga menjadi pilihan para ahli gizi.
"Tempe itu sebenarnya tidak diwajibkan juga itu sudah muncul dengan sendirinya, dengan harga yang terjangkau, memang sudah menjadi preferensi masyarakat, dan itu juga menghidupkan UMKM setempat, jadi memang dan juga manfaat dari tempe itu sangat baik yah bagi meningkatkan imun anak. Tempe ini merupakan bagian dari menu yang sudah sangat luar biasa," ujar Staf Khusus Badan Gizi Nasional-Guru Besar FEMA IPB University Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS, dalam Siniar FTI.
Petugas menata paket makanan di Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Polri di Slipi, Jakarta, dengan menu Tempe. Foto: dok BGN.
Dukung produksi tempe lokal
Selain itu, FTI menilai kehadiran tempe dalam menu MBG juga berarti bisa mendukung produksi tempe lokal di hampir semua daerah di Indonesia, mengurangi biaya transportasi dan risiko kerusakan makanan.
Perajin tempe lokal yang dilibatkan sebagai mitra program, menciptakan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentunya menjadi perhatian serius Forum Tempe Indonesia dalam mendorong seluruh pihak terutama pengrajin tempe untuk meningkatkan kualitas produksi agar memenuhi standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh BGN.
"FTI sejak berdiri 2008 hingga saat ini memang sangat fokus untuk menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan gizinya, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan. Masyarakat secara umum dan para stakeholder saat ini bisa dengan mudah menemukan pengrajin tempe di berbagai daerah yang telah kami kurasi dari sisi keamanan pangan dalam website kami," tambah M. Ridha.
Forum Tempe Indonesia telah mengkurasi lebih dari seratus pengrajin tempe yang telah memenuhi standar keamanan pangan. Para pengrajin dari seluruh Indonesia ini bisa ditemukan pada website FTI website www.mytempe.id yang diharapkan sebagai media literasi khusus dunia tempe dan kedelai.
Program MBG tidak hanya bertujuan memberikan asupan makanan bergizi, tetapi juga mendidik masyarakat tentang pola makan sehat. Tempe menjadi media edukasi yang efektif tentang pentingnya protein nabati dalam diet harian. Melalui program ini, masyarakat juga mungkin akan lebih terpapar tentang cara mengolah tempe menjadi hidangan lezat dan bergizi dengan bahan-bahan yang relatif terjangkau.
Sementara itu, dari sisi sosial, program ini memperkuat kearifan lokal dan kebanggaan terhadap pangan tradisional Indonesia.
"Untuk itu Forum Tempe Indonesia dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional mengajak semua pihak lebih mengenal dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai nilai gizi dan manfaat tempe. Ini bisa menjadi cara mensosialisasikan sekaligus menjaga Tempe sebagai Warisan Budaya Kuliner Nusantara agar lebih dihargai dan mendapatkan perhatian bagi generasi Gen Z dan generasi selanjutnya," jelas M. Ridha.