Warga Gaza dihadapkan pada kehancuran akibat serangan Israel. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 29 July 2025 16:17
London: Pemerintah Inggris menyatakan niatnya untuk mengakui Negara Palestina sebelum berakhirnya masa jabatan parlemen saat ini yang berlangsung hingga tahun 2029. Tetapi dengan catatan jika langkah tersebut dapat mendorong proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Bisnis dan Perdagangan Jonathan Reynolds pada Senin, 28 Juli 2025, di tengah meningkatnya tekanan terhadap Perdana Menteri Keir Starmer untuk mengambil langkah diplomatik tegas dalam merespons krisis kemanusiaan di Gaza.
“Kami ingin dan akan mengakui negara Palestina, termasuk dalam periode parlemen ini jika hal itu bisa memberikan terobosan yang dibutuhkan,” kata Reynolds dalam wawancara dengan Sky News dan dikutip The Politico, Selasa, 29 Juli 2025.
Namun, Reynolds memperingatkan bahwa pengakuan tersebut harus dilakukan secara strategis dan bukan sekadar simbolik.
“Kita hanya bisa melakukan ini sekali. Jika kita melakukannya dengan cara yang bersifat tokenistik, tanpa menghasilkan akhir dari konflik ini, lalu apa langkah kita berikutnya?” ujar Reynolds.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah lebih dari 200 anggota parlemen lintas partai menandatangani surat terbuka yang mendesak pengakuan segera terhadap negara Palestina, dengan alasan bahwa langkah tersebut akan berdampak signifikan mengingat sejarah kolonial Inggris di kawasan tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya telah berkomitmen untuk mengakui negara Palestina secara resmi di Sidang Umum PBB pada bulan September, menjadikan Prancis sebagai negara besar Eropa pertama yang mengambil langkah demikian secara terbuka di tengah perang Gaza yang masih berlangsung.
Meskipun mengakui bahwa kenegaraan adalah “hak mutlak” rakyat Palestina, PM Keir Starmer sejauh ini belum menetapkan kerangka waktu yang jelas terkait pengakuan tersebut. Ia hanya menyatakan bahwa langkah itu akan diambil “pada waktu yang paling mendukung bagi prospek perdamaian.”
Dalam pernyataannya, Reynolds menyebut bahwa banyak negara telah lebih dulu mengakui Palestina, namun pengakuan tersebut “belum menghentikan penderitaan yang kita lihat pagi ini.”
“Kita harus menggunakan momentum ini secara tepat. Gunakan kesempatan ini untuk menghasilkan terobosan. Dan peran Amerika Serikat sangat penting di sini,” tegas Reynolds.
Starmer dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump pada Senin di Skotlandia, di mana keduanya akan membahas upaya memperbarui keterlibatan AS dalam negosiasi perdamaian antara Israel dan Hamas, menyusul kebuntuan panjang sejak serangan besar Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Kabinet Inggris akan kembali bersidang pekan ini untuk membahas respons terhadap krisis di Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil dan memicu kecaman internasional, terutama atas kelaparan massal yang dialami anak-anak.
(Muhammad Reyhansyah)