Reli Emas Berlanjut, Investor Perlu Tetap Waspada

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Reli Emas Berlanjut, Investor Perlu Tetap Waspada

Eko Nordiansyah • 4 September 2025 10:57

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) melanjutkan reli kenaikan didukung oleh melemahnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat serta ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Logam mulia sempat berada di kisaran USD3.450 per troy ounce pada Kamis, 4 September 2025, dengan proyeksi masih berpotensi menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Menurut Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, pergerakan harga emas saat ini menunjukkan tren bullish yang solid. Ia mengungkapkan, pola candlestick dan indikator moving average masih memperlihatkan dorongan naik yang kuat.

“Jika momentum ini berlanjut, target harga emas selanjutnya ada di level USD3.600 per troy ounce. Namun, jika terjadi tekanan koreksi, area USD3.527 menjadi support terdekat yang patut diwaspadai,” jelas Andy dalam risetnya.

Penguatan emas tidak lepas dari data ekonomi AS yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mengindikasikan penurunan tajam jumlah lowongan pekerjaan. Meski pesanan pabrik menunjukkan sedikit perbaikan, kondisi tersebut justru menegaskan perlambatan yang sedang berlangsung di perekonomian AS.

“Situasi ini semakin memperkuat ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September, sebuah skenario yang historisnya sangat mendukung harga emas,” ungkap dia.
 

Baca juga: 

Harga Emas UBS Naik Rp25 Ribu, Galeri 24 di Pegadaian Melambung Rp29 Ribu



(Ilustrasi. Foto: Dok Bappebti)

Kondisi pasar tetap perlu diwaspadai

Osilator menunjukkan emas berada di area jenuh beli, sehingga peluang konsolidasi atau aksi ambil untung terbuka sebelum tren naik kembali berlanjut. Investor yang sudah memegang posisi beli diuntungkan, tetapi pelaku pasar baru disarankan untuk berhati-hati menunggu konfirmasi arah berikutnya.

Pasar kini mengalihkan fokus ke data ketenagakerjaan yang lebih besar dampaknya, yakni Nonfarm Payrolls (NFP) Agustus yang akan dirilis Jumat. Sebelum itu, laporan klaim tunjangan pengangguran awal dan data ADP Employment Change menjadi perhatian pelaku pasar karena bisa menjadi indikator awal arah pasar tenaga kerja.

“Jika hasil data semakin menegaskan pelemahan, peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan semakin besar, mendorong emas melanjutkan reli,” ujar dia.

Ketidakpastian suku bunga The Fed

Sementara itu, komentar dari pejabat The Fed menunjukkan perbedaan pandangan. Neel Kashkari (Minneapolis) dan Raphael Bostic (Atlanta) menegaskan bahwa prioritas utama tetap stabilitas harga, meski mengakui pasar tenaga kerja mulai melemah.

Bostic memperkirakan ada satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini. Sebaliknya, Alberto Musalem (St. Louis) cenderung mempertahankan sikap restriktif, sementara Christopher Waller justru semakin vokal mendukung penurunan suku bunga pada September.

Selain faktor fundamental, pelemahan dolar AS juga menjadi katalis tambahan. Indeks Dolar (DXY) turun 0,20 persen ke 98,11, sedangkan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun melemah lebih dari lima basis poin ke 4,211 persen. Imbal hasil riil AS juga menurun ke 1,803 persen. Kombinasi faktor ini membuat emas semakin menarik sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.

Secara keseluruhan, lanjut Andy, emas masih berada dalam tren bullish jangka pendek, dengan target utama USD3.600 per troy ounce. Meski begitu, skenario koreksi tidak dapat dikesampingkan, terutama jika aksi ambil untung meningkat.

“Arah selanjutnya sangat ditentukan oleh data tenaga kerja AS, yang akan menjadi kunci ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed,” ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)