Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti Anggraini. Metrotvnews.com/ Antonio
Bekasi: Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, menanggung biaya penanganan enam siswa SDN Kota Baru III yang keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti Anggraini, mengatakan seluruh biaya penanganan medis enam siswa di RS Ananda menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Bekasi.
"Untuk biaya kesehatan anak-anak semua nanti di cover dari pemerintah Kota Bekasi," kata Satia dalam keterangan pers, Jumat, 3 September 2025.
Satia menyampaikan pihaknya akan memastikan penyebab para siswa mengalami dugaan keracunan.
Berdasarkan informasi yang diterima, kata dia, sudah ada informasi bahwa terdapat makanan yang asam dalam peristiwa tersebut.
Saat ini, Dinas Kesehatan juga sudah mengambil sampel makanan dari Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) maupun sampel sisa makanan anak-anak.
"Sehingga mungkin dalam waktu dua atau tiga hari bisa kita ketahui nanti penyebabnya apa, Apakah penyebabnya dari makanan atau memang kondisi anak-anak yang sedang turun," jelas Satia.
Evaluasi SPPG
Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, akan mengevaluasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait dengan kasus keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 03 Kota Baru.
Satia mengatakan pihaknya akan mengambil sampel untuk dari SPPG tersebut.
"Tentunya (akan dievaluasi), pasti kita ambil sampelnya. Kita juga nanti melakukan inspeksi kesehatan lingkungan ulangan untuk lokasi itu. Tapi kan tetap kita tunggu hasilnya dulu di laboratorium," ungkap Satia.
Satia mengatakan sebanyak enam siswa di SDN Kota Baru III masih menungggu hasil laboratorium untuk memastikan penyebab anak-anak di sekolah itu mengalami sakit perut dan muntah.
"Kan kita masih uji laboratorium dulu. Kita lihat, tadi kan sampelnya juga sampel makanan kita ambil dari makanan sampel anak-anak. Juga dari makanan sampel di SPPG," ujar Satia.
Pihaknya belum mengetahui penyebab dugaan keracunan kepada siswa sekolah tersebut. "Jadi belum kita bisa sebut ini penyebabnya adalah bakteri. Kalau kita belum ada hasil laboratoriumnya," kata Satia.