Suriah mulai memilih anggota parlemen transisi perdana pada Minggu, 5 Oktober 2025. (Hurriyet Daily News)
Willy Haryono • 5 October 2025 18:39
Damaskus: Komite-komite lokal di Suriah mulai memilih anggota parlemen transisi pada Minggu, 5 Oktober 2025, dengan sepertiga kursi ditunjuk langsung oleh presiden interim Ahmed al-Sharaa. Pembentukan majelis ini diharapkan dapat memperkuat kekuasaan Sharaa, yang bersama pasukannya telah berhasil menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada Desember 2024, setelah lebih dari 13 tahun perang saudara.
Puluhan anggota komite lokal di Perpustakaan Nasional Suriah, yang sebelumnya bernama Perpustakaan Nasional Assad, mengantre untuk memberikan suara mereka.
Menurut panitia penyelenggara, lebih dari 1.500 calon maju dalam pemilihan tersebut, dengan hanya 14 persen di antaranya perempuan. Mengutip dari Hurriyet Daily News, majelis ini akan memiliki masa jabatan 30 bulan dan dapat diperpanjang.
Dari total 210 kursi, Sharaa akan menunjuk 70 anggota, sementara dua pertiga lainnya dipilih oleh komite-komite lokal yang dibentuk komisi pemilihan, yang juga ditunjuk oleh Sharaa.
Namun, provinsi Sweida di selatan Suriah yang mayoritas penduduknya beretnis Druze, serta wilayah timur laut yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF), untuk sementara dikecualikan dari proses ini karena berada di luar kendali Damaskus. Sebanyak 32 kursi dari wilayah tersebut akan tetap kosong.
Pemerintahan baru telah membubarkan lembaga legislatif lama yang selama ini dianggap hanya sebagai “stempel formalitas” rezim Assad. Berdasarkan konstitusi sementara yang diumumkan pada Maret lalu, parlemen baru akan menjalankan fungsi legislatif hingga konstitusi permanen disahkan dan pemilu langsung dapat digelar.
Sharaa mengatakan penyelenggaraan pemilu langsung belum memungkinkan, mengingat jutaan warga Suriah masih kehilangan dokumen identitas setelah bertahun-tahun mengungsi ke luar negeri atau terlantar di dalam negeri selama perang saudara.
Sekitar 6.000 orang terlibat dalam proses pemilihan 5 Oktober ini. Hasil awal diperkirakan mulai muncul setelah proses berakhir, dengan televisi pemerintah melaporkan beberapa pusat pemungutan suara telah mulai menghitung suara. Daftar final anggota parlemen dijadwalkan diumumkan pada 6 Oktober.
Sesuai aturan, calon anggota tidak boleh merupakan “pendukung rezim lama” dan tidak boleh mengampanyekan pemisahan wilayah. Salah satu kandidat yang menarik perhatian publik adalah Henry Hamra, warga Suriah-Amerika keturunan Yahudi, yang menjadi kandidat Yahudi pertama sejak 1940-an.
Baca juga: Satu Juta Pengungsi Suriah Pulang Kampung di Tengah Tantangan Rekonstruksi