Malam Gibran di IKN: Hening, Kopi, dan Uji Kelayakan Rusun

Rusun ASN di IKN. Dok. IG Otorita IKN

Malam Gibran di IKN: Hening, Kopi, dan Uji Kelayakan Rusun

M Rodhi Aulia • 29 May 2025 11:33

Jakarta: Langit Kalimantan Timur mulai tenggelam dalam gelap saat jarum jam bergeser ke pukul delapan malam. Di kawasan yang tengah dibangun menjadi jantung baru pemerintahan Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN), keheningan menyelimuti bangunan-bangunan baru yang menjulang dalam senyap. Di antara lorong rusun yang temaram, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melangkah keluar dari tempat ia bermalam: Rusun ASN 1.

Bangunan itu belum sepenuhnya rampung, tapi progresnya telah mencapai 97,09 persen. Malam itu, Gibran tak datang untuk sekadar melihat. Ia datang untuk mengalami.

Bersama Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, Gibran menyusuri koridor bangunan yang masih berbau semen baru dan cat yang belum lama mengering. Tak ada suara sorak, tak ada kilatan kamera berlebihan. Hanya langkah pelan dua pemimpin yang menyatu dengan suasana malam—menikmati angin yang berembus pelan dan udara segar yang jarang ditemui di kota-kota besar.

Lampu lorong menyala samar, cukup untuk menerangi jalan, tapi membiarkan malam tetap menjadi dirinya sendiri: sunyi, tenang, dan jujur.

Tak ada pernyataan lantang. Tapi pilihan Gibran untuk tidur di Rusun ASN malam itu berbicara lebih keras dari pidato. Ini bukan sekadar simbol, tapi bentuk empati dan uji kelayakan paling nyata—merasakan langsung tempat di mana para ASN akan tinggal dan mengabdi kelak.

"Ia pun berpesan agar pembangunan terus dilanjutkan dengan tetap memperhatikan keseimbangan dengan alam,” tulis Biro Pers, Media dan Informasi, Sekretariat Wakil Presiden yang dikutip, Kamis, 29 Mei 2025.

Baca juga: Pembangunan IKN Tetap Jalan: Ini Fakta-Fakta Terkini dari Kunjungan Wapres Gibran

Di tengah sunyi malam, Gibran menyempatkan diri mampir ke sebuah gerai minuman. Di sana, ia memesan secangkir kopi hangat. Dalam kesederhanaan itu, secangkir kopi menjadi simbol kecil namun kuat—bahwa kehidupan mulai tumbuh di IKN. Bahwa kota ini bukan hanya soal gedung dan jalan, tapi tentang rasa: rasa nyaman, rasa hadir, rasa memiliki.

Kopi itu bukan sekadar pelepas kantuk. Ia adalah pertanda bahwa IKN mulai bernafas. Pelan, tapi pasti. Mulai ada aktivitas, mulai ada wajah, mulai ada harapan.

Meski banyak infrastruktur masih dalam tahap penyelesaian, denyut kehidupan sudah terasa. Fasilitas publik dibuka satu per satu. Hunian pekerja disiapkan dengan standar yang layak. Layanan dasar mulai menyentuh tanah baru ini.

Kehadiran Wapres di malam sunyi itu menjadi penegas komitmen pemerintah—bahwa pemindahan ibu kota bukan sekadar proyek, melainkan transisi kehidupan. Dan sebelum orang lain menetap, pemimpinnya memilih untuk merasakan lebih dulu.

Malam itu, IKN tak berbicara lewat angka atau laporan. Ia berbicara lewat langkah kaki seorang wakil presiden, secangkir kopi hangat, dan sunyi yang menyimpan janji: bahwa kota ini akan hidup, dan kehidupan itu sedang dimulai.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)