Investor. Foto: Medcom.id.
Jakarta: Ketidakpastian ekonomi global membuat investor harus memiliki strategi matang. Investor diminta mengamankan posisi cash ketimbang membeli saham dalam alokasi yang besar.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan tingginya ketidakpastian global membuat investor kembali memakai pedoman cash is the king. Dia mengatakan masih banyak ketidakpastian yang akan muncul pada tahun ini.
"Pada semester satu tahun ini masih banyak sekali ketidakpastian. Jadi jangan kaget nanti kalau ada berita berita baru yang menganggu pasar," jelas dia dikutip Sabtu, 22 Februari 2025.
Dia menyarankan investor untuk menempatkan dana ke instrumen yang memberikan imbal hasil pasti dengan menjaga cash.
"Paling enggak yang ada returnnya. Saya pikir yang menarik itu misalnya money market atau misalnya yang terkait dengan bond," tegas dia.
Dia mengatakan dari sisi yield bagi pemegang cash bisa berinvestasi dalam 3 tahun pada Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Namun semua kembali kepada profil risiko masing-masing investor.
"Jadi kalau dia berani untuk ambil risiko mungkin sudah persiapan untuk misalnya tadi untuk beberapa sektor tadi yang ingin digerakkan pemerintah,"tegas dia.
Dia mengatakan hal ini tergantung apakah seseorang risk taker atau tidak. Dia mengatakan seorang risk taker bisa ambil margin yang lebih baik dengan investasi saham saat kondisi pasar sedang melemah.
"Tetapi jika tiba-tiba enggak jadi proyeknya jadi salah satu resiko juga dia hadapi," tegas dia.
Dia mengatakan sektor konsumer masih menarik bagi indonesia dengan pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,2 persen per tahun yang setara penduduk Brunei.
"Jadi begitu menjadi opportunity, berarti kan ada demand juga ya. Dan kita masih produktif. Ini kan masih akan terus sampai nanti 2035," tegas dia.
Menggunakan sistem DCA
Sementara itu, Head of Research BCA Sekuritas Andre Benas mengatakan sebaiknya investor jangan langsung menaruh uang untuk investasi saham karena maraknya ketidakpastian. Dia mencontohkan dana sebesar Rp100 juta sebaiknya jangan ditaruh dalam saham melainkan melakukan dollar cost avareging (DCA) secara hati-hati.
"Kalau sekarang investor harus hati-hati sebaiknya memakai metode DCA atau mencicil," tegas dia.
Dia mengakui saat ini secara valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sangat murah. Bahkan valuasi yang termurah di Asia Tenggara. Namun valuasi yang murah ini juga dipengaruhi kebijakan Pemerintah Indonesia serta ketidakpastian global. Dia menuturkan IHSG bisa berada pada level 7.700 pada tahun ini.
Dia mengatakan faktor pemulihan ekonomi indonesia ada di pemulihan ekonomi Tiongkok. Perbaikan ekonomi Tiongkok bisa memberikan rebound yang signifikan kepada ekonomi Indonesia dengan kenaikan harga komoditas. Persoalanya kemudian ekonomi Tiongkok masih hadapi tekanan dari kebijakan dagang Pemerintah Amerika Serikat (AS) serta tekanan domestik.