Ilustrasi. Foto: dok MI.
Jakarta: Pasar modal Indonesia diprediksi akan mengalami sederet tantangan berat di paruh kedua 2025. Analisis dari Bank DBS mencatat, setidaknya ada tiga skenario terburuk yang bisa membayangi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
1. Fed ogah pangkas pangkas bunga
Kondisi pertama terjadi saat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), memutuskan untuk tidak memangkas suku bunga. Kondisi ini akan membuat nilai indeks dolar AS (DXY) akan cenderung menguat.
"Kalau The Fed tidak jadi
rate cut di
second half, dolarnya akan naik lagi dan rupiah pasti akan berdampak," ungkap Senior Economist di Bank DBS Radhika Rao di Jakarta, dikutip Kamis, 21 Agustus 2025.
(Ilustrasi. Foto: Medcom.id)
2. Kinerja saham emiten besar melempem
Kondisi kedua terjadi ketika adanya kekhawatiran terhadap kinerja saham-saham emiten yang menjadi pendorong utama IHSG selama ini.
Berdasarkan data Bank DBS, jika saham-saham ini mengalami penurunan signifikan, IHSG kemungkinan akan anjlok hingga ke level 7.200-7.300, berbeda jauh dengan level saat ini yang nyaris menyentuh level 8.000.
3. Pertumbuhan ekonomi jeblok
Skenario ketiga, jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua mengecewakan. Ini akan berdampak langsung pada penurunan kinerja emiten.
"Mungkin ekspektasinya di semester pertama sudah bisa disebut
bottom, jadi nanti di semester kedua (harusnya) lebih bagus," sebut Radhika. (
Aulia Rahmani Hanifa)