Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bersama Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan kenegaraan ke Brasilia, Brasil. Foto: Dok istimewa
Insi Nantika Jelita • 10 July 2025 12:31
Jakarta: Pemerintah Indonesia melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tengah menjajaki kerja sama pengembangan bioetanol dengan Brasil. Hal ini disampaikan saat Bahlil mendampingi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam kunjungan kenegaraan ke Brasilia, Brasil, Rabu, 9 Juli waktu setempat.
Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo dan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, sejumlah isu strategis dibahas, termasuk kerja sama energi bersih, ketahanan iklim, serta penguatan kolaborasi di sektor bioenergi.
“Pengembangan bioetanol merupakan bagian dari strategi nasional untuk menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan dan inklusif,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya, Kamis, 10 Juli 2025.
Menurut Bahlil, Indonesia memandang Brasil sebagai mitra strategis dalam mendorong transisi energi. Brasil telah membuktikan kapabilitasnya dalam pemanfaatan energi rendah karbon dan pengembangan bioenergi yang maju.
Saat ini, sekitar 88 persen pasokan listrik Brasil tercatat dari energi rendah karbon seperti tenaga air, angin, surya, dan bioenergi. Selain itu, Brasil dikenal sebagai produsen bioetanol terbesar kedua di dunia berkat pemanfaatan tebu sebagai bahan baku utama.
"Brasil memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan bioenergi. Ini menjadi referensi penting bagi Indonesia yang tengah mempercepat bauran energi bersih," jelas dia.
(Iustrasi biodiesel. Foto: Dok Kementerian ESDM)
Lebih lanjut, Menteri ESDM menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam memperkuat pemanfaatan bioenergi. Hal ini ditandai dengan terbitnya Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor
4 Tahun 2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Regulasi ini mengatur tata kelola biofuel, termasuk bioetanol secara menyeluruh, mulai dari pengusahaan, distribusi, hingga pemanfaatan di sektor transportasi, lengkap dengan pemberian insentif bagi pelaku usaha. Permen ini, ungkap Bahlil, menjadi landasan penting untuk memperkuat ekosistem bioenergi nasional.
"Kerja sama dengan Brasil dalam bidang teknologi, riset, dan peningkatan kapasitas sangat potensial untuk mempercepat implementasi kebijakan ini di lapangan,” ucap Bahlil.
Inovasi Brasil jadi contoh bagi Indonesia
Presiden Prabowo turut menggarisbawahi pentingnya pengalaman Brasil dalam pengembangan biofuel dan integrasi dengan sektor pertanian. Menurutnya, inovasi yang dilakukan Brasil memberikan dampak signifikan terhadap ketahanan energi dan perekonomian, serta menjadi contoh berharga bagi Indonesia.
“Kami melihat keberhasilan Brasil dalam mengembangkan biofuel, dan kami bertekad untuk mengejar kemajuan yang telah Anda capai,” imbuh Kepala Negara.
Sebagai informasi, kerja sama antara Indonesia dan Brasil di sektor energi dan pertambangan telah terjalin sejak 2008 melalui Memorandum Saling Pengertian (MoU) yang mencakup pengembangan hulu-hilir, riset, pelatihan, hingga proyek bersama.
Kunjungan kenegaraan ini diharapkan mampu mengaktifkan kembali implementasi teknis dari kerja sama tersebut. Dengan latar belakang nilai perdagangan bilateral yang mencapai USD6,34 miliar pada 2024, momentum ini dinilai strategis untuk memperdalam investasi, mendorong transfer teknologi di sektor energi, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra global dalam agenda transisi hijau dan pengendalian perubahan iklim.