Pemerintah Palestina Luncurkan Rencana Rekonstruksi Gaza senilai  Rp1.059 triliun

Gaza hancur akibat diserang Israel dan perlu rekonstruksi. Foto: Xinhua

Pemerintah Palestina Luncurkan Rencana Rekonstruksi Gaza senilai Rp1.059 triliun

Fajar Nugraha • 17 October 2025 09:04

Ramallah: Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa mengatakan  bahwa pemerintahnya, bekerja sama dengan para ahli Arab dan internasional, telah mengembangkan rencana pemulihan dan rekonstruksi tiga tahap untuk Gaza. Diperkirakan rencana itu menelan biaya USD67 miliar atau sekitar Rp1.059 triliun dan berlangsung selama lima tahun.

Berbicara dalam konferensi pers di Ramallah menjelang pertemuan khusus mengenai rencana pemulihan tersebut, Mustafa mengatakan inisiatif tersebut bertujuan untuk membangun kembali Jalur Gaza yang dilanda perang setelah hampir dua tahun serangan Israel yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan kerusakan besar di seluruh wilayah tersebut.

Para diplomat dan perwakilan lembaga internasional menghadiri acara tersebut.

Mustafa menguraikan bahwa tahap pertama, yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan kemanusiaan dan infrastruktur yang mendesak, akan berlangsung selama enam bulan dengan biaya USD3,5 miliar.

Tahap kedua, yang berlangsung selama tiga tahun, akan membutuhkan biaya USD30 miliar, sementara tahap terakhir akan berfokus pada penyelesaian rekonstruksi dan pemulihan jangka panjang.

“Pembicaraan dengan mitra internasional sedang berlangsung untuk mengamankan sumber daya bagi pelaksanaan rencana tersebut, seraya menambahkan bahwa konferensi rekonstruksi besar akan diadakan di Mesir satu bulan setelah berakhirnya perang,” ujar Mustafa, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat 17 Oktober 2025.

Perdana Menteri Mustafa menekankan bahwa Israel harus memenuhi kewajibannya dengan menarik diri dari Gaza, membuka perlintasan perbatasan, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan material rekonstruksi.


Tata Kelola Gaza

Menolak persyaratan eksternal terkait tata kelola di Gaza, Mustafa mengatakan: "Kami tidak meminta jaminan dari siapa pun" atas tata kelola Gaza.

Ia menekankan bahwa Otoritas Palestina (PA) telah memerintah Tepi Barat di bawah pendudukan Israel dan bermaksud untuk memperluas kewenangannya atas Gaza setelah kondisi memungkinkan.

"Tidak akan ada perselisihan internal Palestina mengenai masalah ini," kata Mustafa.

Namun, Israel menentang peran apa pun bagi Otoritas Palestina atau Hamas dalam memerintah Gaza setelah perang.

Perdana Menteri menegaskan kembali bahwa PA memandang Gaza sebagai bagian dari negara Palestina dan bekerja "siang dan malam" untuk memulihkan tata kelola atas wilayah tersebut.

Negosiasi tahap kedua perjanjian gencatan senjata diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari, dengan Hamas menuntut diakhirinya perang sepenuhnya, penarikan penuh Israel, dan retensi persenjataannya.

Perjanjian gencatan senjata Gaza dicapai antara Israel dan Hamas pekan lalu, berdasarkan rencana yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump. Tahap pertama mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina. Rencana tersebut juga mencakup pembangunan kembali Gaza dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa Hamas.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina di daerah kantong tersebut, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan membuatnya sebagian besar tidak layak huni.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)