Kompleks pembangkit listrik nuklir Fordo sebelum diserang AS. Foto: MAXAR
Fajar Nugraha • 23 June 2025 12:46
Washington: Gambar satelit terbaru menunjukkan dampak signifikan dari serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan tersebut dilakukan dalam operasi rahasia yang diberi nama "Operation Midnight Hammer", pada Minggu dini hari waktu setempat.
Menurut Jenderal Dan Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit dikerahkan untuk menjatuhkan 14 bom penghancur bunker GBU-57 (Massive Ordnance Penetrators/MOP) masing-masing seberat 30.000 pon atau sekitar 13.600 kg. Serangan ini menandai penggunaan pertama bom jenis itu dalam operasi militer nyata.
“Penilaian awal menunjukkan ketiga situs mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah,” kata Caine dalam konferensi pers di Pentagon, seperti dikutip CBS News, Senin 23 Juni 2025.

PLTN Fordow setelah diserangan AS. Foto: Maxar Technology
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kawah besar di atas lereng gunung tempat situs bawah tanah Fordow berada, sekitar 90 meter di bawah permukaan. Beberapa pintu masuk ke terowongan tampak tertutup tanah, dan abu menyelimuti area luas di sekitarnya.
Meskipun begitu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak terdapat peningkatan kadar radiasi di luar lokasi.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, dalam pernyataannya kepada Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa timnya belum dapat menilai kerusakan di bawah tanah, namun memperingatkan bahwa “jendela peluang untuk kembali ke diplomasi masih terbuka – tapi bisa segera tertutup.”
Di fasilitas pengayaan uranium Natanz, citra satelit menunjukkan lubang selebar 5,5 meter di atas area kompleks bawah tanah yang sebelumnya telah diserang Israel pada 13 Juni.

Fasilitas nuklir Isfahan yang hancur akibat serangan Amerika Serikat. Foto: Maxar Technology
Di Isfahan, serangan dilakukan melalui sekitar selusin misil Tomahawk dari kapal selam AS. Foto satelit menunjukkan kerusakan luas pada gedung-gedung terkait proses konversi uranium dan pintu masuk penyimpanan bahan yang diperkaya. Lokasi ini juga sempat dibombardir oleh Israel dalam beberapa hari sebelumnya.
Grossi mengonfirmasi bahwa Iran telah memberi tahu IAEA bahwa tidak ada peningkatan kadar radiasi di ketiga lokasi. Namun, ia menegaskan, pengeboman fasilitas nuklir bisa memicu pelepasan radioaktif yang berbahaya.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengungkapkan bahwa misi ini melibatkan taktik kamuflase tingkat tinggi, termasuk pengiriman pesawat umpan B-2 ke arah barat Pasifik, sementara pesawat yang membawa bom sebenarnya terbang ke arah timur, menghindari radar Iran melalui pengisian bahan bakar di udara beberapa kali.
“B-2 kami masuk dan keluar tanpa terdeteksi oleh dunia,” ujar Hegseth.
“Ini adalah misi terpanjang pesawat B-2 sejak 2001 dan penggunaan pertama bom MOP dalam medan tempur,” imbuh Hegseth.
Presiden AS Donald Trump menyatakan dalam pidato nasional bahwa “lokasi-lokasi tersebut telah dihancurkan sepenuhnya.” Pernyataan itu menguatkan spekulasi bahwa Washington ingin memberikan pukulan militer langsung terhadap kemampuan nuklir Iran.
(Muhammad Reyhansyah)