Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat terima PM Benjamin Netanyahu. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 20 June 2025 18:02
Washington: Hampir dari setengah warga Amerika Serikat (AS) dalam survei menentang serangan AS terhadap Iran. Jumlah tersebut jauh lebih besar daripada yang mendukung, menurut jajak pendapat baru yang diterbitkan oleh The Washington Post pada Rabu, 18 Juni 2025.
Sebuah sampel acak dari 1.008 orang dewasa AS dikirimi pesan teks oleh surat kabar tersebut untuk menanggapi beberapa pertanyaan terkait keterlibatan AS dalam perang Israel-Iran.
Hasilnya menunjukkan bahwa 45% responden menentang serangan AS dan hanya 25% yang mendukungnya. Survei juga menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki hubungan dengan militer AS menunjukkan lebih sedikit penentangan. Namun, mayoritas responden tetap tidak ingin AS menyerang Iran.
Ketika The Post menanyakan seberapa banyak berita yang mereka tahu terkait konflik tersebut, 39% responden mengatakan "cukup banyak". Jumlah yang hampir sama, masing-masing 31% dan 30% mengatakan bahwa mereka mendengar “banyak berita" dan "sedikit atau tidak sama sekali" terkait konflik ini.
Hanya seperlima dari seluruh responden yang mengatakan bahwa potensi nuklir Iran menimbulkan "ancaman langsung" bagi AS. 48% mengatakan bahwa itu adalah "ancaman yang agak serius", sementara 23% mengatakan itu hanya "ancaman kecil". Hanya 7% responden yang tidak percaya nuklir Iran berpotensi mengancam AS.
Selain itu, 82% responden juga menyatakan kekhawatiran terkait keterlibatan AS, dam 39% lainnya mengatakan bahwa mereka "sangat khawatir". Hasil survei ini muncul karena Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbankan rencana untuk menyerang Iran.
Israel sendiri telah menegaskan keinginannya terhadap AS agar terlibat dalam perang. Hal ini bertujuan untuk membongkar penelitian nuklir Iran, dan meruntuhkan struktur pemerintahannya.
Iran bersikeras bahwa penelitian dan pengayaan nuklirnya hanya untuk tujuan sipil. Pengawas nuklir PBB dan penilaian intelijen AS juga mengindikasikan Iran belum memiliki kemampuan untuk membangun senjata nuklir.
(Nada Nisrina)