AS telah menyita sejumlah kapal tanker di dekat perairan Venezuela. (Anadolu Agency)
Washington: Ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat (AS) meningkat tajam setelah penyitaan sebuah kapal tanker oleh AS memicu penurunan signifikan ekspor minyak Venezuela dan menimbulkan kekhawatiran dampak lebih luas di kawasan.
Penyitaan kapal tanker Skipper pada Rabu menjadi penangkapan pertama kargo minyak Venezuela sejak sanksi diberlakukan pada 2019. Menurut Reuters, kapal tersebut kini menuju Houston, di mana muatannya akan dipindahkan ke kapal-kapal yang lebih kecil.
Dikutip dari TRT World, Sabtu, 13 Desember 2025, eskalasi ini terjadi ketika Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS akan melakukan serangan “dalam waktu dekat” terhadap Venezuela untuk mencegah dugaan pengiriman narkotika dari negara tersebut.
“Operasinya akan segera dimulai di darat,” ujar Trump tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pernyataan itu menyusul peningkatan besar kehadiran militer AS di Karibia selatan, mendorong hubungan kedua negara ke titik paling tegang dalam beberapa tahun terakhir. Washington tidak mengakui Presiden Nicolás Maduro, yang berkuasa sejak 2013, sebagai pemimpin sah Venezuela.
Lebih Banyak Penyitaan Kapal Tanker
Pejabat AS mengindikasikan akan ada penyitaan kapal tambahan sebagai bagian dari upaya membatasi aliran minyak yang dikenai sanksi. Pemerintahan Trump juga menjatuhkan sanksi baru terhadap tiga keponakan istri Maduro serta enam kapal tanker yang terkait dengan mereka.
Dampak penyitaan tersebut mulai dirasakan di seluruh kawasan. Kekhawatiran muncul bahwa penurunan ekspor minyak Venezuela dapat memengaruhi pasokan energi regional. Kuba, yang sangat bergantung pada minyak Venezuela dan telah menghadapi krisis listrik, diperkirakan akan mengalami kelangkaan lebih parah.
Peningkatan kehadiran militer AS di Karibia beberapa pekan terakhir terjadi bersamaan dengan pernyataan Trump yang berulang kali menyinggung kemungkinan intervensi militer, dengan tuduhan bahwa Venezuela mengirimkan narkotika ke AS. Pemerintah Venezuela membantah tuduhan tersebut.
Tahun ini, lebih dari 20 serangan militer AS dilakukan di Karibia dan Pasifik dengan menargetkan kapal-kapal yang diduga terkait perdagangan narkotika, menewaskan hampir 90 orang. Operasi tersebut memicu keprihatinan kelompok hak asasi manusia dan perdebatan di kalangan legislator AS. Banyak anggota Partai Republik mendukung kampanye tersebut, sementara Partai Demokrat mempertanyakan legalitas dan meminta transparansi lebih besar.
Pemerintah Venezuela mengecam penyitaan kapal tanker itu sebagai “pencurian terang-terangan” dan “pembajakan internasional,” serta menyatakan akan mengajukan keluhan ke lembaga internasional. Parlemen Venezuela juga bergerak menarik negara tersebut dari Mahkamah Pidana Internasional, yang tengah menyelidiki dugaan pelanggaran HAM.
Dalam perkembangan lain, tokoh oposisi María Corina Machado menjadi sorotan setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian meski dibatasi larangan bepergian. Menambah ketegangan, Venezuela pada Jumat mengumumkan penangguhan penerbangan repatriasi migran dari AS, sementara pejabat AS menegaskan deportasi akan tetap dilanjutkan.
Baca juga:
AS Seret Kapal Tanker Venezuela yang Disita ke Pelabuhan Domestik