Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 3 December 2025 13:52
Jakarta: Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) menggelar audiensi dengan jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk membahas sejumlah isu strategis terkait penguatan ekosistem industri tekstil nasional dari hulu hingga hilir.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, menyatakan Bea Cukai merespons positif masukan yang disampaikan, termasuk terkait kelancaran arus bahan baku bagi pelaku industri. Menurut Anne, Bea Cukai memahami bahwa mayoritas perusahaan di kawasan berikat merupakan eksportir yang patuh dan membutuhkan dukungan regulasi yang memudahkan.
“Bea Cukai sekarang jauh lebih progresif, transparan, open, dan digital,” ujar Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 3 Desember 2025.
Anne menekankan pentingnya peran Bea Cukai dan kementerian terkait dalam menjamin ketersediaan bahan baku. Ia menilai kebijakan teknis seperti rekomendasi impor dan perizinan harus mengacu pada data kapasitas produksi riil, bukan kapasitas terpasang, agar tidak terjadi kekurangan suplai di industri padat karya seperti garmen dan tekstil.
“Terkait kebutuhan bahan baku, kami menegaskan impor tetap diperlukan, terutama untuk komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri. Indonesia bukan produsen kapas sehingga impor tidak bisa dihindari. Hal yang sama berlaku untuk polyester,” jelas dia.

(Ilustrasi industri tekstil. Foto: Dok istimewa)
Selain bahan baku, AGTI juga menyoroti isu thrifting yang dinilai berdampak pada industri domestik. Anne menekankan perlunya sinergi lintas kementerian agar penanganan persoalan ini tidak tumpang tindih dan tetap membuka ruang impor yang sehat.
“Kami bukan anti impor, tetapi kami ingin memberdayakan produsen dalam negeri berjalan, sambil tetap membuka ruang impor yang sesuai kebutuhan,” katanya.
AGTI berharap audiensi ini memperkuat koordinasi lintas kementerian sehingga kebijakan yang lahir lebih tepat sasaran, berbasis data faktual, serta mendukung terciptanya industri tekstil dan garmen nasional yang mandiri, kompetitif, dan berdaya saing global.