Harga Emas Berpotensi Naik Usai Tewasnya Presiden Iran

Ilustrasi. Foto: dok Freepik.

Harga Emas Berpotensi Naik Usai Tewasnya Presiden Iran

Husen Miftahudin • 21 May 2024 11:04

Jakarta: Harga emas pagi ini cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan analisis dari Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, ia mengindikasikan adanya potensi koreksi yang cukup besar dalam harga emas saat ini, namun situasi ini masih bisa dimanfaatkan oleh investor yang menyukai analisa jangka pendek.

Fischer mencatat harga emas saat ini menunjukkan potensi penurunan. Meskipun dalam beberapa minggu terakhir emas mengalami tren bullish yang kuat, beberapa kejadian baru-baru ini telah menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi sentimen pasar.

Salah satu kejadian utama adalah kecelakaan helikopter yang menimpa Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang dianggap sebagai pemimpin garis keras dan calon pemimpin tertinggi Iran berikutnya.

Kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran ini menimbulkan spekulasi ada keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk Israel. Jika terbukti ada hubungan dengan Israel, harga emas diperkirakan akan melonjak kembali, didorong oleh ketidakpastian politik dan permintaan aset safe haven.

"Ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Ketegangan yang meningkat, termasuk potensi konflik antara Israel dan Iran serta situasi militer antara Rusia dan Ukraina, menambah tekanan pada pasar," ungkap Fischer dalam analisis harian, Selasa, 21 Mei 2024.

Faktor lain yang mendukung harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Data inflasi AS yang lemah untuk bulan April telah meningkatkan harapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga paling cepat pada bulan September tahun ini. Ekspektasi ini telah mendorong reli yang lebih luas di pasar logam mulia, termasuk emas.

Fischer juga menyoroti ketakutan terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III akibat kecelakaan tersebut menjadi perhatian utama investor. Jika ketegangan meningkat dan ada bukti keterlibatan Israel, harga emas diprediksi akan kembali naik signifikan. Namun, untuk saat ini, pasar masih dalam fase penyelidikan dan menunggu perkembangan lebih lanjut dari situasi ini.
 

Baca juga: Harga Emas Lanjutkan Kenaikan
 

Emas mulai tunjukkan tanda-tanda penurunan


Dari sisi analisis teknikal, Fischer menggunakan metode candlestick dan trendline untuk memprediksi pergerakan harga emas. Menurutnya, meskipun belum ada berita signifikan yang muncul hari ini, pola candlestick menunjukkan potensi koreksi.

"Tren emas yang sebelumnya berada dalam kondisi bullish yang kuat, sekarang perlu diwaspadai karena adanya tanda-tanda penurunan," tutur Fischer.

Hari ini, harga emas mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan di Asia. Spot gold naik hampir satu persen ke level tertinggi USD2.440,56 per ons, sementara gold futures yang akan berakhir pada Juni mencapai rekor tertinggi USD2.444,55 per ons.

Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pascakecelakaan helikopter yang melibatkan Presiden Iran. Situasi ini menambah permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Platinum futures naik 0,2 persen menjadi USD1.096,50 per ons, sementara silver futures melonjak 3,2 persen ke level tertinggi lebih dari 11 tahun di USD32,285 per ons.

Kenaikan harga logam-logam ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun ini serta meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih ketat, terutama pada logam industri.

"Secara keseluruhan, meskipun ada potensi penurunan harga emas dalam jangka pendek, faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan analisis jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang tinggi," tutup Fischer.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)