Pemerintah AS Terapkan Tarif Baru untuk Panel Surya dari Asia Tenggara

PLTS. Foto: Medcom.id.

Pemerintah AS Terapkan Tarif Baru untuk Panel Surya dari Asia Tenggara

Arif Wicaksono • 10 June 2024 14:33

New York: Pemerintah Amerika Serikat (AS) semakin dekat untuk menerapkan tarif baru pada sel dan panel surya dari Asia Tenggara setelah produsen AS merasa dirugikan oleh impor murah dari wilayah tersebut.
 

baca juga: 

Investasi Tenaga Surya Lampaui Sumber Listrik Lain


Melansir Channel News Asia, Senin, 10 Juni 2024, pemungutan suara oleh Komisi Perdagangan Internasional AS menandai langkah pertama dari empat langkah besar dalam peninjauan petisi oleh produsen yang menargetkan sel surya dan modul yang diimpor dari Kamboja, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Mereka menuduh peralatan tersebut dijual dengan harga di bawah biaya produksi dan secara tidak adil mendapatkan keuntungan dari subsidi puluhan miliar dolar AS, termasuk dari entitas pemerintah Tiongkok.

Dalam penentuan awalnya, komisi tersebut menemukan adanya indikasi yang wajar mengenai kerugian material atau ancaman kerugian terhadap produsen tenaga surya dalam negeri.

Pemungutan suara ini membuka jalan bagi Departemen Perdagangan AS untuk melanjutkan penyelidikannya mengenai apakah produsen asing benar-benar membuang peralatan tenaga surya mereka dan mendapatkan dukungan ilegal dari pemerintah. Dan hal ini menetapkan tahapan untuk pengumpulan tugas awal secepatnya pada Juli.

Ketidakpastian bagi pengembang energi terbarukan

Kasus ini meningkatkan prospek ketidakpastian yang lebih besar bagi pengembang energi terbarukan di AS serta janji perlindungan perdagangan yang lebih ketat yang dapat mendukung beberapa produsen dalam negeri.

Undang-Undang pengurangan Inflasi memberikan subsidi sebesar puluhan miliar dolar AS untuk pabrik tenaga surya baru. Namun AS masih bergantung pada impor dari Asia untuk sebagian besar pasokan panel dan selnya.

Perusahaan yang mengajukan klaim tersebut sebagai bagian dari Komite Perdagangan Aliansi Amerika untuk Manufaktur Tenaga Surya termasuk Convalt Energy, First Solar, Hanwha Qcells USA, dan Mission Solar Energy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)