Warga mengambil air dari sumber air yang terbatas. (MGN/Suyono)
Semarang: Sejumlah daerah di Jawa Tengah terancam kekeringan hingga Rabu, 10 Juli 2024, karena hujan tidak turun selama 31-60 hari. Warga pun diminta mewaspadai kesulitan air bersih dan gagal panen.
Intensitas hujan sudah mulai turun, sebagian besar daerah di Jawa Tengah berdasarkan keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah cerah berawan dan hujan ringan tidak merata di kawasan pegunungan di beberapa daerah.
Kesulitan air bersih juga mulai dirasakan di sejumlah daerah seperti Grobogan, Blora, Rembang Pati, Klaten dan Cilacap, bantuan air terus didistribusikan baik dari pemerintah daerah maupun Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Tengah sebagai antisipasi kekeringan yang mulai melanda.
"Bantuan air bersih terus kita gelontorkan ke sejumlah daerah yang mulai dilanda kekeringan, meskipun sejumlah daerah lain masih ada hujan," kata Kepala Bidang Kebencanaan BPBD Jawa Tengah, Muhammad Chomsul.
Tidak hanya BPBD Jawa Tengah, lanjut Muhammad Chomsul, telah menggelontorkan 332 liter bantuan air bersih ke 13 desa di 9 kecamatan di empat kabupaten/kota, bantuan juga dikucurkan okeh pemerintah daerah setempat terutama pada daerah lain yang mulai menghadapi kekeringan.
Secara terpisah Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Jawa Tengah Sukasno Rabu, 3 Juli 2024, mengatakan hingga sepekan mendatang sejumlah daerah terancam kekeringan yakni Kabupaten Purworejo, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Wonogiri, karena tidak turun hujan srkaba 31-60 hari.
Daerah lain diperkirakan juga menghadapi hal yang sama, lanjut Sukasno, kecuali Pemalang bagian selatan, Pekalongan bagian selatan, sebagian besar Purbalingga dan Banjarnegara, sebagian Banyumas, Cilacap bagian selatan dan sebagian kecil Wonosobo masuk kriteria menengah (intensitas curah hujan 51-100 milimeter).
Berdasarkan pengamatan cuaca, ungkap Sukasno, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang biasanya menyebabkan kekeringan di wilayah Indonesia dalam kondisi netral pada Juni 2024, demikian terus netral hingga Juli 2024 dan Ea Nina diprediksi dalam kondisi lemah pada Juli-Agustus mendatang sehingga fenomena ini tidak berdampak signifikan di Jawa Tengah.
"Jika La Nina dalam kondisi kuat, kondisi ini akan meningkatkan curah hujan dan berpotensi menimbulkan banjir terutama di daerah dataran rendah, bantaran sungai, dan wilayah dengan sistem drainase yang
kurang memadai," ujar Sukasno.
Akibat kondisi ini, Sukasno meminta warga berada di sejumlah daerah tersebut mewaspadai ancaman kekeringan dan kesulitan air bersih, yakni dengan memanfaatkan sumber air di daerah masing-masing dan juga melakukan penghematan penggunaan air.
Menurut Sukasno sejumlah daerah masih berpotensi turun hujan lebat Kamis hingga Sabtu, 4-6 Juli 2024, yakni Karanganyar (Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi), Demak (Sayung, Karangtengah, Wonosalam, Dempet, Gajah, Karanganyar, Mijen, Demak, Bonang dan Wedung), Kendal (Pageruyung, Kaliwungu, Brangsong, Pegandon, Gemuh, Weleri, Cepiring, Patebon, Kendal, Rowosari, Kangkung, Ringinarum, Ngampel dan Kaliwungu Selatan).
Selain itu Batang (Wonotunggal, Bandar, Tersono, Gringsing, Limpung, Subah, Tulis, Batang, Warungasem, Kandeman, Pecalungan dan Banyuputih), Pekalongan (Talun, Buaran, Tirto, Wiradesa, Siwalan dan Wonokerto) Pemalang (Taman, Petarukan, Ampelgading, Comal, dan Ulujami), Kota Semarang (Semarang Tengah, Semarang Utara, Semarang Timur, Gayamsari, Genuk, Semarang Barat, Ngaliyan dan Tugu) serta Kota Pekalongan (Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, Pekalongan Utara dan Pekalongan Selatan).