Ilustrasi bendera Inggris. Foto: Freepik
Ade Hapsari Lestarini • 8 March 2024 10:20
Jakarta: Februari 2024, Jepang dan Inggris mengalami resesi ekonomi, bergabung dengan Finlandia dan Irlandia. Mereka melaporkan dua kuartal negatif produk domestik bruto (PDB) berturut-turut, yang memenuhi definisi resesi secara luas.
Penurunan ekonomi di Jepang disebabkan oleh penurunan populasi, penyusutan terjadi selama 14 tahun berturut-turut sebesar 800 ribu hanya pada 2022 saja.
Kepala ekonom di UBS Global Wealth Management Paul Donovan menyatakan tren demografi ini menghambat prospek pertumbuhan Jepang, karena populasi yang lebih kecil mengakibatkan penurunan produksi dan konsumsi.
Melansir Yahoo Finance, Jumat, 8 Maret 2024, tren demografi ini menghambat kemampuan negara untuk tumbuh karena ini berarti fewer people make and consume fewer things.
Sebaliknya, meskipun ada pertumbuhan populasi dan upah di Inggris. Penurunan belanja konsumen, pendorong utama ekonomi tidak dapat dihindari. Skenario ekonomi ini menyoroti faktor-faktor rumit yang memengaruhi lanskap ekonomi global.
Berdasarkan data yang tersedia dari Trading Economics 2023, negara-negara ini telah menunjukkan dua tingkat pertumbuhan PDB negatif.
Berikut adalah 4 negara yang menurut Statisense telah memasuki resesi.
Finlandia
Pada kuartal II-2023, Finlandia menghadapi pengurangan 0,9 persen, yang berlanjut hingga kuartal ketiga dengan penurunan tambahan sebesar 0,4 persen. Perekonomian Finlandia, yang terkenal dengan ketahanan dan inovasinya, berada di bawah tekanan karena faktor eksternal.
Perlambatan ekonomi global dan gangguan dalam perdagangan internasional telah berdampak buruk pada industri yang berorientasi ekspor, terutama di sektor teknologi. Selain itu, kemerosotan ekonomi di mitra-mitra dagang utama telah memperparah tantangan Finlandia, menyoroti urgensi intervensi strategis untuk memacu pemulihan.
Irlandia
Irlandia, mengalami kemunduran yang signifikan pada kuartal kedua dan ketiga 2023. Negara ini mengalami kemunduran masing-masing sebesar 1,9 persen dan 0,7 persen.
Hubungan erat negara ini dengan Uni Eropa dan ketergantungannya yang besar pada ekspor, terutama di sektor farmasi dan teknologi, membuatnya rentan terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Dampak pandemi covid-19 dan kompleksitas rumit seputar Brexit semakin memperparah tantangan ekonomi Irlandia.
Jepang
Jepang, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, mengalami penurunan sebesar 0,8 persen pada kuartal kedua, diikuti dengan penurunan yang lebih kecil sebesar 0,1 persen pada kuartal ketiga 2024.
Negara ini telah lama berjuang dengan stagnasi ekonomi, yang diperparah oleh populasi yang menua dan tekanan deflasi yang terus-menerus. Penurunan belanja konsumen dan gangguan dalam rantai pasokan global telah berkontribusi secara signifikan terhadap tren resesi saat ini.
Inggris
Inggris mengalami penurunan sebesar 0,1 persen di kuartal II dan penurunan 0,3 persen di kuartal III, yang menandakan perlambatan ekonomi. Ketidakpastian yang disebabkan oleh Brexit, dan populasi, yang memengaruhi perjanjian perdagangan dan akses pasar, ditambah dengan dampak covid-19, telah mengganggu bisnis dan kepercayaan investor.
Sektor utama seperti perhotelan, pariwisata, dan ritel menghadapi tantangan yang signifikan karena lockdown dan gangguan rantai pasokan. Sektor jasa, yang sangat penting bagi perekonomian Inggris, sangat terpukul oleh pekerjaan jarak jauh dan perubahan perilaku konsumen. (
Tamara Sanny)