Ekonomi Tiongkok Bakal Melambat pada Kuartal I

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Ekonomi Tiongkok Bakal Melambat pada Kuartal I

Arif Wicaksono • 15 April 2024 19:17

Beijing: Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan melambat dalam tiga bulan pertama tahun ini karena terus dihantam oleh krisis sektor properti serta melemahnya aktivitas konsumen.

Para analis memperkirakan Tiongkok akan membukukan pertumbuhan sekitar 4,6 persen pada kuartal pertama tahun ini atau turun dari 5,2 persen pada tiga bulan terakhir tahun lalu. Analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama akan mencapai 4,8 persen.
 

baca juga:

Para Eksekutif Tiongkok Hadapi Ketidakpastian Geopolitik


Kekhawatiran di pasar properti masih menjadi hambatan bagi perekonomian, kata para analis, karena harga rumah terus turun dan pengembang terkemuka termasuk Country Garden dan Vanke mengirimkan sinyal kesusahan atas keuntungan dan tantangan mereka dalam membayar utang.

"Pelemahan sektor properti yang terus-menerus dan melemahnya konsumsi rumah tangga, akibat dampak negatif terhadap kekayaan akibat koreksi properti dan pertumbuhan pendapatan yang agak lambat akan menghambat pertumbuhan," ujar Kepala Ekonom Fitch Ratings Brian Coulton, dilansir Channel News Asia, Senin, 15 April 2024.  

Para pembuat kebijakan telah mengumumkan serangkaian langkah-langkah yang ditargetkan serta penerbitan obligasi negara senilai miliaran dolar untuk meningkatkan belanja infrastruktur dan memacu konsumsi. Namun para analis mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan dalam bentuk stimulus jumbo.

Lembaga pemeringkat Fitch pada bulan ini menurunkan prospek kredit negara Tiongkok menjadi negatif. Fitch memperingatkan adanya peningkatan risiko terhadap prospek keuangan publik Tiongkok karena negara tersebut menghadapi prospek ekonomi yang tidak pasti.

Para analis mengatakan janji negara untuk mendukung sektor properti belum memengaruhi pasar atau konsumen.

"Pembeli rumah masih sangat bearish," ujar Kepala Penelitian Tiongkok di Institute of International Finance Gene Ma.

Konsumsi yang lesu juga merupakan momok buruk lainnya. Bulan lalu, penjualan ritel, yang merupakan indikator utama konsumsi rumah tangga, meningkat 5,5 persen setahun atau turun dari bulan sebelumnya meskipun mencakup periode liburan yang biasanya menyebabkan lonjakan pengeluaran.

"Kurangnya permintaan konsumen dalam negeri akan tetap menjadi hambatan pada pertumbuhan meskipun ada perbaikan dalam produksi industri," ujar Analis Lembaga Pemeringkat Moody's Heron Lim.

Ia memperingatkan, diperlukan lebih banyak dukungan pemerintah untuk menopang pertumbuhan dalam jangka menengah, karena hanya ada sedikit langkah dukungan kebijakan yang ditargetkan untuk mendukung konsumsi domestik secara langsung.

Kekhawatiran atas deflasi

Kekhawatiran Tiongkok akan kembali mengalami deflasi juga menjadi hambatan besar. Harga konsumen turun selama beberapa bulan sejak Agustus, sebelum naik 0,7 persen di Februari.

Namun indeks harga konsumen hanya naik 0,1 persen dibandingkan tahun lalu pada bulan lalu, sehingga menimbulkan kembali kekhawatiran deflasi. Deflasi menimbulkan ancaman bagi perekonomian yang lebih luas karena konsumen cenderung menunda pembelian.

Kurangnya permintaan kemudian dapat memaksa perusahaan untuk memangkas produksi, membekukan perekrutan atau memberhentikan pekerja, dan berpotensi juga mengurangi stok yang ada, sehingga mengurangi profitabilitas meskipun biaya tetap sama.

"Inflasi adalah demam perekonomian, sedangkan deflasi adalah kanker,” kata Gene Ma.

Deflasi yang berkepanjangan akan merugikan permintaan konsumsi dan investasi. Para pejabat Beijing bulan lalu menetapkan target pertumbuhan sekitar lima persen pada tahun ini. Hal ini merupakan target yang ambisius mengingat tantangan yang dihadapi oleh negara tersebut.

Namun ada beberapa titik terang seperti produksi industri yang melonjak bahkan ketika konsumsi masih lesu. Hal ini mencerminkan pemulihan yang tidak merata yang dialami Tiongkok sejak keluar dari kebijakan nol covid-19 yang menghambat pertumbuhan ekonomi pada awal 2023.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)