Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: EPA-EFE
Medcom • 20 June 2024 22:22
Washington: Senator Amerika Serikat (AS) Chris Van Hollen mengkritik keputusan pimpinan DPR dan Senat yang mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk pidato di Kongres. Van Hollen merupakan seorang anggota parlemen Amerika terkemuka dan anggota komite hubungan luar negeri.
Mengutip Middle East Eye, Van Hollen mengatakan, pidato Netanyahu di depan Kongres berisiko memberi sinyal bahwa Washington mendukung strategi perangnya di Gaza. Sejauh ini, perang itu telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Pidato tersebut juga dapat mengirimkan pesan kepada Netanyahu untuk terus menghindari tuntutan yang berulang kali diajukan oleh Partai Demokrat agar militer Israel berbuat lebih banyak dalam melindungi kehidupan warga sipil di Gaza.
“Saya tidak yakin mengapa AS ingin memberikan penghargaan kepada perdana menteri yang telah berulang kali memamerkan permintaan Presiden AS,” kata Van Hollen, dikutip pada Kamis, 20 Juni 2024.
“Netanyahu ingin datang ke sini dan berpura-pura menjadi Winston Churchill, padahal dia bukan Winston Churchill,” ungkap Van Hollen.
Pernyataan tersebut tampaknya merujuk pada video yang diunggah oleh Netanyahu mengenai kritikan pemerintahan Presiden AS Joe Biden karena menahan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon ke Israel.
Ia juga membandingkan perang Israel di Gaza dengan pertempuran Inggris pada Perang Dunia II melawan Nazi Jerman. Selain itu, menirukan pidato ikonik Winston Churchill yang meminta AS untuk menyediakan senjata baru bagi Inggris.
“Beri kami alatnya dan kami akan menyelesaikan pekerjaan ini lebih cepat,” tegas Netanyahu.
Sementara itu, pernyataan Van Hollen penting mengingat dirinya lebih dekat dengan pusat Partai Demokrat dan telah menerima ratusan ribu dolar dari donor pro-Israel.
“Dia kurang kritis terhadap upaya perang Israel dibandingkan anggota parlemen yang lebih progresif, seperti Rashida Tlaib di Michigan, Cori Bush di Missouri, atau Jamaal Bowman di New York,” jelasnya.
Para pemimpin Senat dan DPR, baik dari Partai Demokrat maupun Republik telah mengundang Netanyahu untuk berpidato di pertemuan gabungan Kongres pada 24 Juli 2024.
“Kami bergabung dengan negara Israel dalam perjuangan melawan teror, terutama Hamas terus menahan warga Amerika dan Israel serta para pemimpinnya membahayakan stabilitas regional,” kata anggota parlemen dalam suratnya kepada perdana menteri.
Meskipun ada kritikan meningkat terhadap cara Netanyahu menangani perang di Gaza, undangan tersebut termasuk ketidaksepakatan publik dengan Gedung Putih.
Sementara itu, beberapa anggota parlemen telah mengumumkan rencana untuk memboikot pidato tersebut, termasuk Senator Bernie Sanders dan Elizabeth Warren. Sebelumnya 58 anggota parlemen melewatkan pidato Netanyahu di Kongres pada 2015.
Selain menegur gagasan undang Netanyahu ke Washington, Van Hollen juga mengulangi seruan untuk menghentikan pengiriman senjata ofensif ke Israel, hingga negara tersebut menerima jaminan bahwa Israel tidak akan menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Ketika menyangkut sistem senjata ofensif, saya pikir kita tidak harus memiliki kebijakan satu arah,” pungkas Van Hollen. (Theresia Vania Somawidjaja)