Tasyakuran Marsinah sebagai Pahlawan Nasional di Grahadi Surabaya. (MTVN/Amal)
Amaluddin • 11 November 2025 17:47
Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar tasyakuran atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah. Buruh perempuan asal Nganjuk ini gugur memperjuangkan hak-hak pekerja pada 1993.
Acara menjadi momentum penting bagi Pemprov Jatim untuk memperkuat rencana pembangunan desa wisata edukatif di kampung kelahiran Marsinah. Marsinah resmi dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional bersama sepuluh tokoh lain dalam peringatan Hari Pahlawan 2025.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyebut penetapan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional memiliki makna mendalam.
"Nilai-nilai perjuangan Marsinah harus terus hidup dan diwariskan kepada generasi muda. Karena dari ruang kecil, lahirlah semangat besar tentang keberanian dan keadilan,” kata Khofifah di Gedung Grahadi Surabaya, Selasa, 11 November 2025.
Khofifah mengatakan Pemprov Jatim akan mendorong pengembangan desa tempat kelahiran dan makam Marsinah di Nganjuk menjadi destinasi wisata edukatif perjuangan buruh.
"Desa wisata ini harus tetap membawa ruh heroisme Marsinah. Kelengkapan wisata seperti taman atau wahana rekreasi boleh ada, tapi pesan perjuangan dan semangatnya jangan sampai hilang,” tegasnya.
Khofifah mendorong pembuatan produk kreatif seperti souvenir bertema perjuangan Marsinah. Produk ini dapat menghidupkan kembali kisah dan pesan moral sang pahlawan. Marsini, kakak kandung Marsinah, menyambut positif rencana tersebut. Ia berharap rumah masa kecil Marsinah bisa dijadikan museum kecil.

Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan kepada 10 tokoh, di Istana Negara, Jakarta Pusat. Foto: Dok. BPMI Sekretariat Presiden.
"Rumah masa kecil kami masih ada, tempat kami tinggal bersama nenek. Kami ingin dijadikan museum kecil agar cerita tentang Marsinah tetap hidup dan bisa menjadi tempat belajar bagi anak-anak muda,” kata Marsini.
Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, mengungkapkan kebanggaan atas gelar Pahlawan Nasional yang diterima warganya.
"Biasanya pahlawan itu pejuang atau tokoh besar, tapi Marsinah ini dari wong cilik, dari kaum marhaen. Dia buruh, perempuan, pejuang HAM. Ini kebanggaan bagi Nganjuk dan bagi seluruh rakyat kecil,” kata Marhaen.