Tekanan Bearish Harga Emas Masih Kencang, Investor Harus Apa?

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Tekanan Bearish Harga Emas Masih Kencang, Investor Harus Apa?

Eko Nordiansyah • 3 November 2025 11:15

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) terpantau melemah pada perdagangan Jumat, 31 Oktober dan berlanjut ke awal pekan ini, setelah para pelaku pasar menilai kembali arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) pascapemangkasan suku bunga di Oktober. Pergerakan emas masih menunjukkan dominasi tekanan jual, dengan kecenderungan tren bearish yang semakin menguat.

Tekanan terhadap logam mulia ini berlanjut pada awal sesi Asia Senin, 3 November, yakni XAU/USD sempat menyentuh level USD3.965 seiring meningkatnya selera risiko global akibat perkembangan positif dalam hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Berdasarkan analisis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, pada sesi akhir pekan lalu, emas sempat bertahan di atas level psikologis USD4.000 per troy ounce sebelum akhirnya tergelincir ke kisaran USD3.985, melemah hampir 1,0 persen dalam sehari dan bersiap menutup pekan dengan penurunan kedua berturut-turut.

“Secara teknikal, emas menilai kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average saat ini masih memperlihatkan kecenderungan bearish yang kuat pada pasangan XAU/USD. Jika tekanan jual berlanjut, emas berpotensi melanjutkan pelemahan menuju area USD3.959. Namun, bila terjadi koreksi teknikal, potensi kenaikan terdekat bisa mengarah ke USD4.026 sebelum menghadapi tekanan jual baru,” ujar Andy dalam keterangan tertulis.



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Kesepakatan dagang AS-Tiongkok dan sikap The Fed

Kesepakatan parsial antara kedua negara besar tersebut dinilai mengurangi kekhawatiran pasar atas potensi perang dagang yang berkepanjangan. Presiden AS Donald Trump dikabarkan menurunkan tarif impor terhadap sejumlah produk Tiongkok dari 57 persen menjadi 47 persen, sementara Beijing menangguhkan pembatasan ekspor logam tanah jarang dan berjanji meningkatkan pembelian produk pertanian AS.

“Situasi ini menekan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas, karena investor mulai beralih ke aset berisiko seperti ekuitas dan obligasi dengan imbal hasil lebih menarik,” ungkap dia.

Dari sisi kebijakan moneter, pernyataan Jerome Powell, Ketua The Fed, juga memberikan tekanan tambahan bagi emas. Dalam pidatonya pasca-rapat kebijakan, Powell menegaskan penurunan suku bunga lebih lanjut pada Desember “bukanlah sesuatu yang pasti”, menandakan sikap hawkish bank sentral AS.

“Imbal hasil obligasi Treasury yang stabil serta penguatan dolar AS memperlemah daya tarik logam mulia, yang tidak memberikan imbal hasil,” ujar Andy.

Selain itu, pasar kini menantikan rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM AS untuk Oktober yang dijadwalkan keluar hari ini. Data ini dapat menjadi katalis penting bagi arah pergerakan emas berikutnya. Hasil di bawah ekspektasi bisa menekan dolar AS dan memberikan dorongan jangka pendek bagi harga emas. Namun, jika data menunjukkan ekspansi ekonomi yang solid, tekanan terhadap emas kemungkinan masih akan berlanjut.

“Secara keseluruhan, sentimen pasar masih condong ke arah bearish jangka pendek, dengan fokus investor pada dinamika kebijakan The Fed dan perkembangan ekonomi AS. Selama harga belum mampu menembus area USD4.026–USD4.050, ruang koreksi ke bawah masih terbuka menuju USD3.959, bahkan hingga USD3.930 dalam jangka pendek,” kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)