Sepasang pengantin di Tapua' Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, naik rakit untuk melangsungkan prosesi ijab kabul. Dokumentasi/ Metro TV
Polewali Mandar: Sepasang pengantin di Tapua' Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa harus naik rakit bambu untuk melaksanakan prosesi pernikahan lantaran jembatan putus diterjang banjir.
Keduanya yang diketahui Bernama Madi dan Musdalifah nekat menyeberangi sungai berarus deras demi melangsungkan proses ijab kabul.
"Keduanya terpaksa harus naik rakit karena jembatan putus disapu banjir dan tidak ada jalan lain. Sebelumnya hujan deras mengguyur wilayah Desa Tapua' mengakibatkan sungai Masunni meluap," kata Kepala Desa Tapua' Ahmad, Selasa, 3 Juni 2025.
Dengan menggunakan rakit bambu, rombongan pengantin rela bertaruh nyawa menyeberangi sungai yang berarus cukup deras menuju dusun Tapua' untuk melangsungkan prosesi ijab kabul.
Pihak mempelai pria juga harus membayar upah jasa penyeberangan rakit sebesar Rp500 ribu dengan cara sistem carter hingga pulang dan pergi. Selain itu rombongan pengantin masih harus berjalan kaki sejauh satu kilometer menuju rumah mempelai wanita karena kendaraan rombongan tidak dapat melintas akibat jembatan putus.
Rombongan mempelai pria terpaksa harus antri menunggu lama di pinggir sungai karena daya angkut rakit sangat terbatas yang hanya mampu mengangkut empat hingga enam orang, sementara jumlah rombongan mempelai pria mencapai puluhan orang. Begitupun saat kedua mempelai melakukan prosesi mapparola atau mengantar mempelai wanita ke rumah mempelai pria.
Diketahui mempelai pria bernama Madi berasal dari Daerah desa Tapango Barat, kecamatan Tapango, sementara istirnya Musdalifah di Dusun Tapia deda Tapua, Kecamatan Matangnga. Keduanya telah melangsungkan pernikahan pada hari Senin, 2 Juni 2025.
Sebelumnya hujan deras menyebabkan arus sungai setempat menjadi deras hingga mengkibatkan seluruh material jembatan sepanjang 35 meter hanyut tersapu banjir pada 21 Mei 2025.
Akibat kejadian ini empat dusun terisolir yakni dusun Tapua', Pamombong, Pussendana dan Sepang. Didalam empat dusun tersebut dihuni 200 KK lebih dengan jumlah penduduk sebanyak 1.016 orang jiwa. Hingga hari ini belum ada upaya perbaikan jembatan dari pemerintah daerah setempat.