Kecurangan Pelaksanaan UTBK-SNBT Mencapai Ratusan Kasus

Pengumuman UTBK-SNBT 2025. Foto: MI/Despian

Kecurangan Pelaksanaan UTBK-SNBT Mencapai Ratusan Kasus

Despian Nurhidayat • 27 May 2025 11:53

Jakarta: Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Eduart Wolok mengatakan jumlah kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer–Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) berkisar ratusan kasus. Jumlah tersebut dinilai masih kecil daripada total pendaftar mencapai 860.976 orang. 

“Tapi kalau ini dibiarkan kan bahaya. Jadi memang justru ketika kita menemukan ini, ini yang harus segera kita tindak lanjut,” ungkap Eduart usai Konferensi Pers Pengumuman SNBT 2025 di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Selasa, 27 Mei 2025. 

Eduart belum mengetahui nilai perputaran uang dari praktik kecurangan ini. Namun, kata dia, uang yang dikeluarkan bisa mencapai kisaran ratusan juta untuk program studi favorit.

“Nilai perputarannya kita belum ketahuan, tetapi memang sudah ada yang melaporkan untuk transaksi ya, terkait misalnya untuk prodi-prodi favorit itu bisa mencapai ratusan juta. Satu peserta dan satu kursi bisa mencapai ratusan juta. Mayoritas ada di kedokteran,” jelas Eduart.

Dia menambahkan kecurangan tersebut tersebar secara merata. Bukan hanya di Pulau Jawa, tapi juga di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua.

"Makanya itu kita katakan tadi, kalau kita menyinyalir saat ini itu ada kecurangan yang dalam bentuk jejaring dan terstruktur. Memang itu kita butuhkan teman-teman dari aparat hukum untuk bisa menindaklanjuti dengan lebih detail ya. Karena memang kita memiliki keterbatasan akses untuk itu,” kata dia. 
 

Baca Juga: 

285.380 Peserta Lulus UTBK-SNBT 2025


Terkait modus yang paling baru, kata Eduart, adalah dengan menggunakan rekayasa kecerdasan buatan atau artifisial intelligence (AI), dengan mengamuflase dari mulai kartu peserta dan sebagainya. 

“Tetapi kan di kartu peserta itu kan kita memiliki barcode. Jadi ketika kita bisa melakukan deteksi dari barcode dan kartunya ternyata tidak sesuai, kemudian juga kita memiliki kode-kode khusus," kata dia.

Dia mencontohkan ada peserta menyampaikan kartunya menunjukkan ujian di pusat UTBK A. Namun, peserta itu tidak sadar bahwasan ada kode dalam kartu peserta tersebut, baik di penomoran maupun barcode yang ternyata menyatakan dia tidak ada di pusat A, tetapi di pusat lainnya.

"Jadi ini bentuk-bentuk dari standar operasional kita untuk melakukan mitigasi terhadap kecurangan,” tegas Eduart.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)