Filipina dan AS Gelar Patroli Gabungan di Laut China Selatan, Tiongkok Meradang

Kapal perang AS berlayar di Laut China Selatan. (Anadolu Agency)

Filipina dan AS Gelar Patroli Gabungan di Laut China Selatan, Tiongkok Meradang

Willy Haryono • 4 February 2025 19:12

Manila: Angkatan Udara Filipina dan Amerika Serikat (AS) menggelar patroli gabungan di Laut China Selatan pada Selasa, 4 Februari 2025 — sebuah langkah yang membuat marah Tiongkok yang juga menggelar "patroli rutin" di atas perairan sengketa tersebut.

Filipina dan AS telah meningkatkan pengaturan keamanan di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr. dengan latar belakang meningkatnya ketegangan antara Manila dan Beijing yang berasal dari klaim tumpang tindih di Laut China Selatan.

Patroli gabungan selama satu hari oleh dua negara bersekutu itu berlangsung di Laut Filipina Barat, kata juru bicara angkatan udara Filipina Maria Consuelo Castillo, menggunakan istilah Manila untuk perairan di Laut China Selatan yang termasuk dalam zona ekonomi eksklusifnya.

"Latihan ini bertujuan meningkatkan koordinasi operasional, meningkatkan kesadaran domain udara, dan memperkuat kemampuan penggunaan tempur yang gesit antara kedua angkatan udara," kata Castillo dalam sebuah pernyataan dan dikutip AsiaOne.

Castillo mengatakan tiga pesawat jet tempur FA-50 Filipina dan dua pesawat pengebom B1-B AS berpartisipasi dalam latihan gabungan, yang meliputi terbang di atas Scarborough Shoal, tempat angkatan udara Tiongkok juga melakukan apa yang disebutnya patroli rutin.

Tiongkok Meradang

Dalam sebuah pernyataan di hari Selasa, militer Tiongkok menuduh Filipina bergabung dalam patroli yang menurutnya diselenggarakan negara asing untuk "merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan."

Unit angkatan udara Tiongkok akan mempertahankan "tingkat kewaspadaan tinggi, dan dengan tegas mempertahankan kedaulatan teritorial serta hak serta kepentingan maritim Tiongkok, dan mengendalikan setiap aktivitas militer yang mengganggu Laut Cina Selatan," tegas Komando Teater Selatan Tiongkok.

Tiongkok mengklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan, sebuah jalur perdagangan strategis senilai USD3 triliun (S$4 triliun) per tahun, meski ada klaim tumpang tindih dari sejumlah negara Asia Tenggara.

Dalam pengarahan di hari Selasa, angkatan laut Filipina mengatakan bahwa pihaknya "memantau dengan cermat" tiga kapal angkatan laut Tiongkok di dalam zona maritim Manila, termasuk fregat berpeluru kendali kelas Jiangkai.

"Kehadiran Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mencerminkan pengabaian penuh Republik Rakyat Tiongkok terhadap hukum internasional dan merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut," sebut juru bicara angkatan laut John Percie Alcos.

Pada hari Senin, kantor berita negara Tiongkok Xinhua mengatakan bahwa perjalanan armada Tiongkok tersebut sesuai hukum internasional, mengutip seorang juru bicara Komando Teater Selatan PLA.

Pengadilan arbitrase internasional telah memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim Tiongkok di Laut China Selatan, yang didasarkan pada peta historisnya, tidak memiliki dasar hukum internasional. Beijing menolak mengakui keputusan tersebut.

Baca juga:  Pengerahan Kapal Monster oleh Tiongkok Mengkhawatirkan Filipina

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)