Filipina Tetapkan Status Darurat Nasional Usai Topan Kalmaegi Tewaskan 140 Orang

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr tetapkan status darurat nasional terkait Topan Kalmaegi. Foto: Anadolu

Filipina Tetapkan Status Darurat Nasional Usai Topan Kalmaegi Tewaskan 140 Orang

Fajar Nugraha • 6 November 2025 15:58

Cebu: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menetapkan status darurat nasional pada Kamis, 6 November 2025 setelah Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 140 orang dan ratusan lainnya dilaporkan hilang di sejumlah provinsi tengah. Badai ini menjadi bencana alam paling mematikan di negara itu sepanjang tahun ini.

Sebagian besar korban meninggal akibat tenggelam dalam banjir bandang. Sebanyak 127 orang masih hilang, terutama di provinsi Cebu yang mengalami dampak terparah. Topan tropis itu keluar dari wilayah kepulauan pada Rabu menuju Laut Tiongkok Selatan.

Mengutip dari Euro News, Kamis, 6 November 2025, keputusan Marcos dikeluarkan saat rapat dengan pejabat penanggulangan bencana untuk menilai dampak topan. Status tersebut memungkinkan pemerintah menyalurkan dana darurat dengan cepat serta mencegah penimbunan dan kenaikan harga pangan.

Kantor Pertahanan Sipil Filipina melaporkan hampir dua juta orang terdampak dan lebih dari 560 ribu warga terpaksa mengungsi, termasuk sekitar 450 ribu orang yang berlindung di tempat penampungan darurat.

Sementara itu, otoritas bencana memperingatkan potensi datangnya badai baru dari Samudra Pasifik yang dapat berkembang menjadi topan super dan melanda wilayah utara awal pekan depan.

Di antara korban tewas, enam orang adalah anggota Angkatan Udara Filipina yang tewas setelah helikopter mereka jatuh di provinsi Agusan del Sur pada Selasa. Militer menyatakan helikopter tersebut sedang menuju lokasi terdampak untuk mengirim bantuan kemanusiaan. Penyebab kecelakaan belum diungkapkan.

Topan Kalmaegi memicu banjir bandang yang menyebabkan sungai-sungai di Cebu meluap. Provinsi ini baru saja diguncang gempa mematikan pada akhir September. Banjir menenggelamkan pemukiman, memaksa warga memanjat atap rumah sambil memohon diselamatkan, kata pejabat setempat.

Kantor Pertahanan Sipil mencatat 71 orang meninggal di Cebu, sebagian besar karena tenggelam. Sebanyak 65 lainnya hilang dan 69 luka-luka. Di provinsi tetangga, Negros Occidental, 62 orang juga dilaporkan hilang.

“Kami sudah berusaha sebaik mungkin menghadapi topan ini, tapi ada hal-hal tak terduga seperti banjir bandang,” ujar Gubernur Cebu Pamela Baricuatro.

Ia menambahkan, kerusakan diperparah oleh aktivitas penambangan yang menyebabkan sungai tersumbat dan proyek pengendalian banjir yang tidak memadai.

Cebu masih dalam tahap pemulihan dari gempa bermagnitudo 6,9 yang menewaskan sedikitnya 79 orang dan merusak ribuan rumah pada 30 September lalu. Warga yang sebelumnya tinggal di tenda darurat dipindahkan ke tempat evakuasi yang lebih kokoh sebelum topan datang.

Filipina dilanda sekitar 20 topan dan badai setiap tahun, menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia akibat gempa bumi dan aktivitas vulkanik yang sering terjadi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)