RI Mesti Waspadai Dampak Penerapan Tarif Resiprokal AS

Ilustrasi. Foto: Dok MI

RI Mesti Waspadai Dampak Penerapan Tarif Resiprokal AS

Insi Nantika Jelita • 5 March 2025 15:06

Jakarta: Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menegaskan pemerintah Indonesia perlu mewaspadai dampak dari kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu, 2 April 2025.

Tarif ini bertujuan untuk menyamakan tarif impor AS dengan bea masuk yang dikenakan oleh negara mitra dagang, guna melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan. Sektor yang terdampak meliputi otomotif, pertanian, logam, dan manufaktur.

"Sebagai eksportir utama tembaga dan kayu ke AS, Indonesia perlu mengantisipasi perubahan kebijakan ini," ujar Hosianna kepada dalam keterangan yang diterima Media Indonesia, Rabu, 5 Maret 2025.

Untuk jangka pendek, penerapan tarif resiprokal AS berpotensi memunculkan disrupsi ekspor industri tambang dan kehutanan. Kemudian, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak bisa terelakan seiring ketidakpastian perdagangan global.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah diminta melakukan diversifikasi pasar ekspor sebagai strategi utama untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Lalu, memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global melalui perjanjian dagang dengan mitra baru.

"Penting memperluas pasar ekspor ke kawasan lain, termasuk Asia, Eropa, dan Timur Tengah, guna mengurangi risiko ketergantungan pada satu negara tujuan ekspor," imbuh dia.
 

Baca juga: 

PM Trudeau: Kanada Tak Gentar Berjuang Melawan Perang Dagang



(Presiden AS Donald Trump. Foto: Dok Anadolu)

Pemerintah harus proaktif menarik investasi asing langsung

Hosianna melanjutkan, pemerintah mesti proaktif menarik investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di sektor industri pengolahan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global.

Pemerintah juga dituntut meningkatkan kapasitas manufaktur dan hilirisasi agar produk ekspor memiliki nilai tambah lebih tinggi sebelum masuk pasar AS dan global.

"Hilirisasi industri dalam negeri perlu semakin didorong untuk meningkatkan nilai tambah sebelum ekspor," ungkap dia.

Dengan strategi yang tepat, ekonom Bank Danamon itu berkeyakinan Indonesia berpotensi tidak hanya mempertahankan pangsa pasarnya di AS, tetapi juga memperkuat posisinya dalam rantai pasok global yang semakin terfragmentasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)