Ilustrasi. Foto: dok MI/Immanuel Antonius.
Jakarta: Emas adalah investasi yang populer, tetapi tidak semua emas itu asli. Berikut panduan lengkap untuk mengenali kode huruf dan angka pada perhiasan emas agar masyarakat terhindar dari penipuan, dilansir dari laman Pegadaian.
Kode emas asli
Setiap emas yang dicetak memiliki kode yang menunjukkan kadar kemurnian serta asal produsennya. Beberapa produsen emas asli di Indonesia antara lain UBS Gold dengan kode UBS, MT Jewelry dengan kode MT, dan PT King Halim dengan kode KH. Produsen lainnya meliputi Lotus, PR, LGT, HT, DY, RS, MG, BMW, dan HWT.
Kode angka seperti 750 untuk emas 18 karat atau 585 untuk emas 14 karat menunjukkan kadar kemurnian, sedangkan emas 24 karat (999) merupakan emas paling murni, meski jarang digunakan sebagai perhiasan karena terlalu lunak.
Kode emas palsu
Selain kode emas asli, ada pula kode yang menandakan emas palsu atau hanya berlapis emas, seperti GP (Gold Plated), GE atau GEP (Gold Electroplated), GF (Gold Filled), HGE (Heavy Gold Electroplate), dan XP (Xuping).
Emas dengan kode tersebut biasanya lebih ringan, mudah pudar, dan memiliki nilai investasi yang rendah, sehingga tidak disarankan bagi pembeli yang ingin berinvestasi jangka panjang.
(Ilustrasi. Foto: dok Bappebti)
Kode emas putih
Untuk emas putih, terdapat kode khusus seperti PT untuk platinum, PD untuk paladium, WG untuk white gold, dan WP untuk white platinum. Kadar kemurniannya juga ditunjukkan dengan angka, seperti 585 untuk emas 14 karat atau 750 untuk emas 18 karat.
Agar masyarakat tidak tertipu, disarankan untuk membeli
emas di tempat resmi seperti Pegadaian, toko emas bersertifikat, atau gerai terpercaya. Ciri emas asli antara lain berat yang padat, tidak mudah tergores, serta dilengkapi sertifikat keaslian, khususnya untuk emas batangan. Pembeli juga diimbau waspada terhadap harga yang jauh di bawah pasaran karena berpotensi merupakan emas palsu.
Dengan memahami perbedaan kode emas asli dan palsu, pembeli dapat berinvestasi dengan lebih aman dan menghindari kerugian di kemudian hari.
(Muhammad Adyatma Damardjati)