Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 April 2025 18:03
Washington: Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa sejumlah pemimpin dunia tengah berusaha keras untuk menegosiasikan tarif perdagangan besar-besaran yang diberlakukan pemerintahannya.
Ia bahkan menyebut bahwa mereka sampai “memohon-mohon” dalam upaya mendapatkan kelonggaran dari kebijakan tarif yang menurutnya “legendaris.”
Dalam pidato di acara National Republican Congressional Committee Dinner di Washington, D.C., Trump menegaskan bahwa para pemimpin negara lain “sangat ingin mencapai kesepakatan” dengan pemerintahannya terkait tarif impor.
Trump dengan nada bercanda menirukan bagaimana pemimpin asing memohon agar kebijakan tarif AS dapat dinegosiasikan ulang.
“Negara-negara ini menelepon kami, kemudian memohon kesepakatan tarif. Mereka berkata, ‘Tolong, Tuan, buat kesepakatan. Saya akan melakukan apa saja, apa saja, Tuan,’” ujarnya di depan hadirin, seperti dikutip dari The Independent, Rabu, 9 April 2025.
Selain membanggakan kebijakan tarifnya, Trump juga mengklaim bahwa 100 hari pertama pemerintahannya adalah yang paling sukses dalam sejarah AS.
Pernyataan ini tampaknya mengabaikan sejumlah gejolak yang terjadi setelah pengumuman tarifnya, termasuk penurunan tajam di pasar saham global, kemarahan dari sejumlah anggota Partai Republik, serta demonstrasi nasional yang menentang kebijakan administrasinya.
Meski Trump mengklaim bahwa berbagai negara tengah berusaha keras menegosiasikan tarif perdagangan, laporan dari Politico menyebutkan bahwa Gedung Putih justru belum merespons banyak permintaan pertemuan dari para pemimpin asing.
Bahkan, hingga saat ini, pejabat pemerintah AS belum memberikan indikasi jelas mengenai kompromi atau tuntutan spesifik yang mereka inginkan dalam negosiasi tarif.
Seorang diplomat asing yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada Politico bahwa “tidak ada pejabat tinggi AS yang memiliki mandat resmi untuk bernegosiasi”.
Hal ini juga diamini oleh seorang pejabat dari Filipina yang menyatakan bahwa banyak negara telah meminta pertemuan dengan pejabat AS, namun hingga kini belum mendapatkan tanggapan.
“Saya tidak yakin seberapa terbuka mereka untuk bertemu dengan para mitra kami. Kami sudah mengirimkan surat permintaan pertemuan, tetapi hingga kini masih menunggu balasan,” ujarnya, merujuk pada perwakilan dari berbagai negara Asia Tenggara.