Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: United Nations
Fajar Nugraha • 9 April 2025 07:31
New York: Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres berbicara tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan yang terjadi di Jalur Gaza yang terkepung.
Menurutnya, warga sipil Palestina di Gaza berada dalam lingkaran kematian yang tak berujung. Terutama di tengah pengeboman Israel yang baru dan larangan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa, Guterres menolak usulan baru Israel untuk mengendalikan pengiriman bantuan di Gaza, dengan mengatakan hal itu berisiko "lebih jauh mengendalikan dan membatasi bantuan hingga kalori dan tepung terakhir".
"Saya tegaskan. Kami tidak akan berpartisipasi dalam pengaturan apa pun yang tidak sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan: kemanusiaan, imparsialitas, independensi, dan netralitas," kata Guterres, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu 9 April 2025.
Tidak ada bantuan yang dikirimkan ke daerah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu sejak 2 Maret karena Israel terus menutup jalur penyeberangan perbatasan yang vital, melarang masuknya segala sesuatu mulai dari makanan hingga pasokan medis dan bahan bakar.
“Lebih dari sebulan penuh telah berlalu tanpa setetes pun bantuan ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat-obatan. Tidak ada pasokan komersial,” kata Guterres di New York.
“Ketika bantuan telah mengering, pintu air kengerian telah dibuka kembali. Gaza adalah ladang pembantaian – dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak berujung,” tambah Guterres.
COGAT, unit militer Israel yang bertanggung jawab atas masalah sipil di wilayah Palestina yang diduduki, minggu lalu bertemu dengan badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan internasional dan mengatakan bahwa mereka mengusulkan “mekanisme pemantauan dan masuknya bantuan yang terstruktur” untuk Gaza, setelah mengklaim bahwa bantuan dialihkan dari warga sipil oleh Hamas.
Jonathan Whittall, pejabat senior bantuan PBB untuk Gaza dan Tepi Barat, mengatakan minggu lalu bahwa tidak ada bukti adanya pengalihan bantuan.
Israel bulan lalu melanjutkan pembomannya di Gaza, mengakhiri gencatan senjata dua bulan yang rapuh. Israel juga mengirim pasukan kembali ke daerah kantong itu dan telah berusaha merebut wilayah, termasuk bagian Rafah di selatan Gaza.
"Sementara itu, di titik-titik penyeberangan, persediaan makanan, obat-obatan, dan tempat berlindung menumpuk, dan peralatan vital tertahan," pungkas Guterres.